GHOUTA TIMUR—Konflik di Suriah semakin memanas. Lebih dari 465.000 warga Suriah tewas dalam arena konflik, lebih dari satu juta orang terluka, dan lebih dari 12 juta (setengah populasi negara itu) telah mengungsi dan terusir dari rumah mereka.
Pada Februari 2018, badan pengungsi PBB (UNHCR) telah mendaftarkan lebih dari 5,5 juta pengungsi dari Suriah dan memperkirakan bahwa ada lebih dari 6,5 juta pengungsi internal di wilayah Suriah. Lebanon, Turki, dan Yordania menjadi tuan rumah sebagian besar pengungsi Suriah, yang banyak di antaranya mencoba melakukan perjalanan ke Eropa untuk mencari kondisi yang lebih baik.
Apa tindakan dunia internasional untuk mengatasi konflik yang kian sengit ini?
Perundingan damai telah berlangsung antara pemerintah Suriah dan oposisi untuk mencapai gencatan senjata militer dan transisi politik di Suriah.
Di Jenewa, putaran pertama perundingan yang difasilitasi PBB antara pemerintah Suriah dan delegasi oposisi berlangsung pada bulan Juni 2012.
Namun, putaran terakhir perundingan pada Desember 2017 gagal di tengah perselisihan antara pemerintah Suriah dan delegasi oposisi mengenai pernyataan tentang peran masa depan al-Assad dalam pemerintahan transisi.
Pada bulan Mei 2017, Rusia, Iran dan Turki menyerukan penyiapan empat zona de-eskalasi di Suriah, dimana jet tempur Suriah dan Rusia tidak diperbolehkan untuk terbang, salah satunya adalah Ghouta Timur.
Meski demikian, nyatanya, konflik di suriah belum selesai. Korban penduduk sipil masih berjatuhan meski seruan untuk gencatan senjata sudah dilancarkan oleh dunia internasional.
Pada bulan Januari 2018, Rusia mensponsori pembicaraan mengenai masa depan Suriah di kota Sochi, Laut Hitam. Namun blok oposisi tersebut memboikot konferensi tersebut, dengan mengklaim bahwa ini adalah upaya untuk melemahkan usaha PBB untuk menjadi perantara sebuah kesepakatan.
Dengan banyaknya pengungsi, pembunuhan, ketakutan dan kehancuran, maka membangun kembali Suriah setelah perang akan menjadi proses yang panjang dan sulit.
Namun, baru-baru ini, Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyerukan agar resolusi Dewan Keamanan PBB soal gencatan senjata selama 30 hari di Suriah, bisa dilaksanakan segera.
“Ghouta Timur tak bisa menunggu, sudah saatnya menghentikan neraka di bumi ini,” cetus Guterres dalam pidato pembukaan sesi tahunan ke-37 Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss. []
SUMBER: REUTERS | FOKUS TODAY