Oleh: Abu Athif
HOMS adalah sebuah kota tua di Suriah yang sarat dengan peninggalan sejarah peradaban manusia. Dari mulai peradaban kerajaan assyiria hingga imperium Romawi serta kerajaan Yunani kuno pernah meninggalkan jejak kekuasaannya di bumi Homs.
Selama kurang lebih 2000 tahun, jauh sebelum pendudukan imperium Romawi, Homs telah menjadi kunci pasar agrikultural dan pusat perdagangan di wilayah Suriah bagian utara. Sebelum api revolusi meletus di tahun 2011, Homs telah dikenal pula sebagai kota industri dan perekonomian di dataran Suriah.
Homs telah menjadi saksi bisu atas kepahlawanan pasukan kaum Muslimin yang dipimpin oleh sahabat Nabi, Abu Ubaidah bin Jarrah ra.
Tepatnya di tahun ke 15 Hijriyah, di musim dingin yang diselimuti salju, pasukan kaum muslimin mengepung kota Homs. Penaklukan kota Homs menjadi agenda penting berikutnya setelah kemenangan gemilang kaum muslimin pada perang Yarmuk serta jatuhnya kota Damaskus ketangan kaum muslimin. Itu semua atas arahan dan perintah khalifah Umar bin Khatthab ra.
Akhirnya kota Homs berhasil dikuasai kaum muslimin setelah pengepungan yang berlangsung sampai berakhirnya musim dingin. Semula mereka -pasukan Romawi- enggan untuk menyerah, namun setelah mereka melihat ketegaran dan keteguhan pasukan kaum muslimin serta pekikan takbir yang berkali-kali mengguncang kota Homs, akhirnya mereka menyerah. Sampai ada di antara mereka menyaksikan beberapa rumah dan dinding hancur hanya dengan pekikan takbir dari kaum muslimin. Allah Akbar…[Al Bidayah wan Nihayah; juz 7; hal 50].
Setelah dikuasainya Homs, khalifah Umar bin Khatthab ra mengutus salah seorang sahabat Nabi yang bernama Sa’id bin ‘Amir al Jumahi. Beliau ditunjuk sebagai gubernur di wilayah Homs. Sa’id bin ‘Amir adalah sosok cendekiawan dan rendah diri. Sikap waro’ dan zuhud selalu menghiasi kehidupan beliau. Beliaulah yang perkataannya paling didengar oleh Umar bin Khatthab di hari-hari pertama kekhalifahan beliau. Sa’id bin ‘Amir berbicara dengan tegas kepada khalifah dan dengan penuh hormat beliau menyampaikan :
“Wahai Umar, aku mewasiatkan kepadamu untuk selalu takut kepada Allah dalam hak-hak manusia dan janganlah engkau takut kepada manusia dalam hak-hak Allah. Janganlah ucapanmu menyelesihi perbuatanmu, ketahuilah bahwa sebaik-baik perkataan adalah apa yang dibenarkan dengan perbuatannya.”
“Wahai Umar,perhatikan kepada orang-orang yang mana Allah telah menjadikanmu wali bagi mereka baik dari yang jauh maupun yang dekat dari kaummuslimin. Hendaklah engkau mencintai untuk mereka sebagai mana engkau mencintai untuk dirimu sendiri. Bencilah untuk mereka sepert iengkau membenci sesuatu untuk dirimu dan keluargamu. Dan hendaklah engkau kembalikan kesesatan menuju kepada kebenaran dan janganlah engkau takut celaan orang yang mencela saat engkau menegakkan hak-hak Allah”.
Lalu khalifah Umar bin Khatthab berkata: “Dan siapakah yang bisa melakukan hal itu wahai Sa’id?”
Sa’id menjawab: “Yang bisa melakukan hal itu adalah orang seperti engkau dari orang-orang yang Allah telah menjadikan mereka pemimpin bagi umat Muhammad SAW dan tidak ada seseorang pun di antara dia dan Allah.” [Shuwar min hayatisshohabah; hal 20]
Pantas saja, karena ketakwaan yang dimiliki oleh beliau, khalifah Umar menunjuk beliau menjadi gubernur Homs. Semula Sa’id menolak amanah besar itu. Beliau berkata :“Wahai Umar janganlah engkau memberikan kepadaku fitnah besar!”
Kemudian Umar marah: “Celaka engkau, engkau serahkan urusan kekhalifahan kepadaku lalu engkau berlepas tangan dariku!”
Setelah itu bergegaslah Sa’id bin ‘Amir menuju Homs untuk segera menjalankan tugas sebagai gubernur di wilayah tersebut. Hingga tidak selang begitu lama, Umar bin Khatthab mengunjungi Homs. Beliau mendapati sebagian dari penduduk Homs yang bisa dipercaya untuk mencatatkan nama-nama orang fakir miskin dari Homs. Dengan sigap mereka pun menulis daftar nama-nama orang fakir miskin.
Betapa terkejutnya khalifah Umar ketika disodorkan kepada beliau nama-nama orang fakir miskin, tertulis di urutan pertama adalah orang yang bernama Sa’id bin ‘Amir. Lalu kholifah Umar bertanya “Siapakah Sa’id ini? Apakah dia gubernur kalian ?” Mereka menjawab “Ya, benar.” “Gubernur kalian faqir ?!” Tanya Umar keheranan. Mereka pun menjawab lagi “Ya, benar. Demi Allah telah berlalu hari-hari dan kami tidak mendapati rumah beliau dinyalakan api untukmemasak”.
Menangislah Umar bin Khatthab mendengar berita tentang Sa’id bin ‘Amir, hingga air mata membasahi jenggot beliau yang lebat. Akhirnya beliau pun memutuskan untuk memberikan kepada Sa’id sang Gubernur Homs santunan dana sebesar 1000 dinar dengan dibungkus kain. Kemudian kholifah Umar berkata :“Sampaikan salam dariku untuk beliau, dan katakanlah kepadanya bahwa amirul mukminin mengirim bantuan dana ini untuk membantu keperluan dan kebutuhan hajat hidupnya.”
Kemudian datanglah utusan kholifah Umar kepada Gubernur Homs Sa’id bin ‘Amir untuk menyampaikan amanah berupa bantuan dana sebesar 1000 dinar. Tatkala Sa’id bin Amir melihat tumpukan dinar tersebut beliau secara reflek menjauh dan spontan berucap : “Innaalillaahi wainna ailaihi raji’uun…!”
Beliau mengucapkan kalimat istirja’ seakan-akan ada musibah besar yang menimpanya. Hingga suara beliau terdengar oleh sang istri yang saat itu sedang berada di belakang rumah.
Dengan keheranan sang istri bertanya; “Apa yang terjadi wahai Sa’id? Apakah kholifah meninggal dunia?”
Sa’id menjawab “Tidak, bahkan sesuatu yang lebih besar dari pada itu.” Kemudian sang istri bertanya lagi “Apakah kaum muslimin kalah dalam peperangan?” Sa’id menjawab “Tidak, bahkan lebih besar dari pada itu.” Sang istri bertanya lagi “Apa gerangan yang lebih daripada itu semua?” Sa’id menjawab “Telah masuk kepadaku dunia untuk merusak akhiratku dan telah masuk pula fitnah di rumahku.”
Kemudian sang istri berujar “Kalau begitu segeralah engkau hilangkan fitnah itu.” Sementara sang istri tidak mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Lalu Sa’id berkata kepada istrinya “Maukah engkau membantuku untuk menghilangkan fitnah itu ?” Sang istri menjawab “Ya, tentu saja.”
Kemudian sang Gubernur Sa’id bin ‘Amir membungkus dinar-dinar tersebut dengan kain lalu membagi habis semuanya kepada orang-orang fakir-miskin yang ada di kota Homs. Hingga akhirnya penduduk Homs merasakan keadilan yang merata dan keindahan hidup bersama Islam.
Demikianlah sekilas tentang kota Homs pada masa kekhalifahan Umar bin Khatthab dan dibawah seorang gubernur sekaliber Sa’id bin ‘Amir al Jumahi ra. Namun sekarang ini, kenangan indah tersebut tak lagi Nampak di kota Homs. Sekarang ini yang ada adalah puing-puing bangunan yang hancur akibat tindakan brutal rezim Bashar Assad terhadap umat muslim. []