Oleh: Manpan Drajat
DALAM sebuah seminar ada seorang ibu bertanya, beliau adalah seorang guru. “Pak, bagaimana saya mengurus anak, sementara saya mengajar sampai sore, pulang mengajar cape?” Banyak juga kasus seorang ibu yang menitipkan anak semata wayangnya kepada nenek atau saudara di rumah, bahkan ada juga yang menitipkan ke asisten rumah tangga di rumah. Semua itu dilakukan demi tugas mengajar di sekolah.
Apa yang dilakukan oleh para ibu yang diceritakan di atas itu berangkat dari sebuah niat yang baik, yaitu ingin fokus mengajar, agar tidak terganggu menajalankan tugas, agar bisa menunaikan kewajiban sebagai guru dan sebagainya. Tapi mereka lupa, bahwa mereka juga memiliki kewajiban yang tidak bisa dilepaskan, yakni sebagai orang tua wajib mendidik anak-anaknya. Bagaimana bisa Anda mencerdaskan anak orang lain, sementara anak sendiri diabaikan.
Anda berikan perhatian sepenuhnya agar anak-anak Anda di sekolah menjadi anak yang hebat, sementara anak sendiri dibiarkan diasuh oleh nenek, kakek, saudara bahkan asisten rumah tangga yang mungkin tidak paham bagaimana memperlakukan anak-anak agar terbangun kecerdasannya. Padahal, saat itulah anak-anak kita butuh stimulus-stimulus positif dari lingkungannya.
Berikan hak-hak anak kita semaksimal mungkin agar kita tidak menyesal, pastikan bahwa kita punya waktu untuk anak-anak kita. Saya tidak percaya kuality time, menurut saya kualitas dan kuantitas waktu penting bagi perkembangan anak kita.
Kalau memungkinkan bawa anak-anak kita ke sekolah. Di sekolah yang kami kelola, guru yang memiliki anak wajib membawa anak-anaknyanya ke sekolah, kami sediakan baby house, kalau usia TK dan SD wajib bergabung di TK atau SD kami. Menurut saya, sangat tidak adil pengelola atau kepala sekolah melarang gurunya membawa anaknya ke sekolah.
Saya menghimbau kepada para pengelola sekolah dan kepala sekolah, untuk menyediakan tempat/ruang bagi anak-anak guru kita di sekolah, siapkan guru/pendamping yang memahami tahap perkembangan anak. Kalau tidak ada anggaran untuk honor guru pendamping, saya kira guru yang membawa anak akan lebih ikhlas untuk patungan membayar honor guru/pengasuh yang terdidik dari pada harus di tinggal dirumah dengan asisten rumah tangga.
Orang tua, di sela-sela kesibukannya akan mempunyai kesempatan untuk menemui anak-anak tercintanya.
Sekarang, tempat-tempat hiburan, tempat belanja bahkan masjid sekalipun sudah banyak yang memiliki Kids Corner, lalu bagaimana dengan sekolah tempat pendidikan dan para terdidik berakivitas membangun peradaban?
Firman Allah dalam Al-Quran surat AT-Tahrim ayat 6, “…Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” adalah jawaban dari permasalah di atas. Walluhu’alam. []