Oleh: Vini Rizqi
Aktivis PIMPIN
EKONOMI selama ini seringkali dipersepsikan sebagai aktivitas manusia yang bertujuan untuk kepentingan dunia saja. Tapi tidak demikian menurut pandangan Islam. “Ekonomi Islam harus dilihat dalam aspek dunia dan akhirat,” demikian penegasan Assoc Prof. Dr. Ugi Suharto, M.Ec dalam sebuah acara seminar “Economis and the Worldview of Islam” yang berlangsung 3 Maret 2018 lalu di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Di dalam acara yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Bandung (UNISBA) serta Ikatan Ahli Ekonomi Indonesia (IAEI) ini Dr. Ugi menguraikan Pandangan Alam Islam (Worldview of Islam) dalam dunia ekonomi.
“Ilmu ekonomi adalah ilmu sosial yang memperhatikan gejala-gejala ekonomi atau disebut science sosial. Penafsiran gejala-gejala dan fenomena-fenomena tersebut haruslah digunakan untuk kemaslahatan, sehingga haruslah ditafsirkan dengan penafsiran Islam. Dengan demikian yang dilihat adalah aspek dunia dan aspek akhirat, ” ungkap mantan Vice President University College Of Bahrain ini.
Pendiri Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) Jakarta ini memberikan contoh. Misalkan kita mempunyai selembar uang. Berdasarkan sudut pandang manusia kita sebagai pemilik mempunyai hak untuk membakar uang tersebut tanpa alasan. Namun akan berbeda jika kita melihat dari sudut pandang Islam. Uang tersebut sebetulnya bukanlah milik kita 100%, tapi milik Allah, sehingga harus digunakan secara baik karena merupakan amanah.
Pada tingkatan worldview terdapat istilah falls fact (fakta yang salah), artinya tidak semua fakta adalah benar karena fakta dan kebenaran merupakan kedua hal yang lain. Sehingga dalam ilmu Ekonomi Islam tidak semua data dapat langsung diambil sebagai alat pembangun teori, sehingga keputusan-keputusan ekonomi yang diambil oleh muslim harus sesuai dengan cara pandang Islam.
Dalam pemaparannya, mantan dosen Ilmu Hadits Institute of Islamic Thought and Civilizations (ISTAC) Malaysia ini menyebutkan bahwa salah satu nama Allah ada kaitannya dengan ekomoni yaitu “Al-Musa’ir” (Yang Maha Menetapkan Harga). Karena itu Nabi tidak melakukan intervensi harga bila terjadi kenaikan harga secara natural dan untuk menghindari ketidakadilan terhadap penjual.
Permasalahan yang diangkat dalam seminar ini lebih banyak kepada persoalan finansial, dimana saat ini disiplin ilmu Ekonomi Islam yang berkembang adalah perbankan Islam. Menurut Dr. Ugi, bank sebagai lembaga keuangan intermiddiery merupakan perantara antara surplus unit dan defisit unit, dengan demikian bank berfungsi menjembatani keduanya.
Pada bagian akhir Dr. Ugi saat ini menjelaskan persoalan ekonomi global saat ini. Hampir semua negara menganut sistem ekonomi kapitalis memiliki masalah belum ada solusinya sampai sekarang, yaitu hutang yang semakin besar, kesenjangan dan ketimpangan yang jelas, serta krisis finansial. []