Oleh: Ratna Mustika Pertiwi
Aktivis BKLDK Malang Raya, Tim Penulis “Pena Langit”
SEBAGAI manusia rasanya wajar apabila pernah merasakan senang, sedih, gelisah dan macam-macam perasaan lainnya. Perasaan tersebut timbul semata karena fitrah, dikarenakan Allah telah menganugerahinya dengan berbagai sense yang bisa dirasakan manusia untuk merespon berbagai keadaan. Senang ketika tujuannya tercapai, sedih apabila tidak kunjung mendapatkan tujuannya atau gelisah ketika melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan, misalnya meninggalkan sholat atau pelanggaran hukum syara’ lainnya.
Mungkin tidak sampai meninggalkan sholat, sholat di akhir waktu saja pasti perasaan sudah tidak karuan, pikiran tidak tenang, melakukan pekerjaan juga tidak fokus karena gelisah, takut apabila mendapatkan dosa dari Allah SWT. Rasa bersalah itu pasti akan membekas dan rasa gelisah akan terus ada karena mengakhirkan atau bahkan meninggalkan pertemuan dengan Allah dalam sholat.
Tetapi yang perlu ditanyakan apakah sebagai seorang muslim sudah merasakan kegelisahan yang sama ketika hari ini melihat problematika ummat yang menggunung seperti tiada akhir?
Sudahkan kegelisahan ini sama ketika melihat negeri Syam di bom sehingga jutaan muslim wafat, genosida Rohingya, diskriminasi etnis muslim di Xinjiang China, direbutnya Palestina oleh Israel, atau permasalahan lain dinegeri tercinta ini semisal kemiskinan negeri semakin memburuk, kedzaliman terhadap ulama kian memanas, berton-ton narkoba impor masuk untuk merusak generasi muslim, riba yang semakin mencekik ummat, pergaulan bebas yang mengkikis identitas generasi-generasi muda muslim serta permasalahan lainnya karena syariah tidak dilaksanakan.
Apakah problematika-problematika ini sudah membuat diri kita gelisah layaknya gelisah saat meninggalkan sholat?
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]
Seperti hadist Rasulullah diatas bahwa kaum muslim satu dengan yang lainnya adalah satu tubuh, Bila satu merasakan sakit, yang lain juga merasakan sakit. Sudah selayaknya sebagai seorang muslim tidak hanya gelisah bahkan khawatir dan sedih bila ummat muslim yang lainnya terdzolimi. Bukan hanya gelisah bila meninggalkan salah satu aspek ibadah tetapi sudah sepantasnya gelisah bila meninggalkan ketaatan pada aspek syariah lainnya. karena pada dasarnya agama islam tidak hanya mengatur persoalan sholat namun seluruh perkara didalam kehidupan.
Hari ini muru’ah ummat terancam bahkan tercabut, sekat negeri nyatanya kian memudarkan sense of belonging satu dengan yang lainnya hingga melemahkan bahkan menjatuhkan. Secara data statistic mungkin ummat muslim semakin bertambah banyak sehingga akan menggeser posisi kristen yang menempati peringkat pertama. Namun, jumlah yang banyak itu tiada berarti bila ummat tidak bersatu, sekat-sekat pemisah itu sudah seharusnya dimusnahkan karena hanya membuat ummat tidak berdaya seperti buih-buih dilautan.
Lebih dari itu, setiap manusia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Sang Pencipta dan Sang Pemilik Kehidupan. Bila kita tidak taat kepada seluruh syariahnya dan hanya kawatir bila tak melakukan sholat saja, hujjah apa yang akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT? Wallahu a’lam bishawab. []