WAH, dipuji ternyata berbahaya bagi kita loh! Mengapa? Bukankah dipuji, dikagumi, diperlakukan spesial itu sangat nikmat, sehingga banyak orang yang sangat merindukannya. Ya, tepat sekali. Dipuji, dikagumi, dan diperlakukan spesial amat nikmat, tetapi di baik kenikmatan itu tersembunyi sebuah keburukan. Nah loh, masa sih? Kalau tidak percaya ini dia penjelasannya.
Pujian yang tertuju pada diri yang hina ini, jika tak hati – hati dan tak kuat iman, akan banyak kerusakan yang timbul bila sudah diperbudak dan mabuk pujian.
Seperti orang mabuk; berpikir, berbicara, bersikap dan mengambil keputusan menjadi tak normal atau error.
Hati akan cenderung hilang kepekaan, mudah tersinggung dan sakit hati bila orang tak memuji atau memperlakukannya tak sesuai harapan. Nah loh, bisa gitu ya!
Hidup selalu galau, sangat cemas orang tak lagi memperhatikannya. Akal selalu berputar akibatnya jadi kurang peduli kepada yang lain, selalu orientasi diri sendiri. Aduh, gawat tuh makin tidak peka.
Sibuk sekali membangun ‘kemasan’ atau ‘topeng’ demi penilaian orang walau harus berutang atau menanggung risiko yang berat.
Orang–orang di sekitarnya pecinta penilaian manusia, tak akan merasa nyaman, karena yang bersangkutanpun tak nyaman dengan dirinya sendiri.
Hubungan dengan Allah pun semakin terhalang, walau banyak ilmu agama dan rajin ibadah, karena di hatinya bukanlah Allah yang dituju melainkan sibuk dengan penilaian makhluk. Astagfirullah alazim.
Mengapa orang memuji? Karena mereka tidak tahu siapa diri kita. Kalau mereka tahu siapa kita sebenarnya, pasti mereka tak akan memuji. Ya, karena Allah telah menutupi setiap aib kita yang amat banyak.
Celakanya kalau dipuji, kita menikmati sesuatu yang sesungguhnya tidak ada pada diri ini. Padahal, Apa yang mereka puji, semua itu semu.
Pujian dapat membuat kita jadi yakin seperti apa yang dikatakan orang, sampai kita tidak jujur kepada diri sendiri. Sebenarnya yang tahu seperti apa diri ini adalah kita sendiri. Orang yang memuji hanya menyangka saja.
Seharusnya, pujian itu membuat kita malu. Karena apa yang mereka katakan, sebenarnya tidak ada pada diri kita.
Tapi bagi para pecinta dunia, mereka akan menikmati sesuatu yang tidak ada pada dirinya. Artinya, dia berbohong pada dirinya sendiri.
Bahayanya pujian itu ada tiga :
Pertama, kita jadi terpenjara oleh pujian orang. Kita takut kehilangan segala pujian pada diri. Akibatnya, kita melakukan apa saja supaya pujian itu tidak hilang. Wah-wah, serem juga ya, bahaya pujian ini. Bisa menyebabkan diri menjadi amat ambisius.
Orang yang dipuji dan memercayai pujian, dia tidak akan menerima nasihat dari orang lain. Karena dia benar-benar termakan, terbelenggu dan terpenjara oleh pujian tersebut. Macam begini nih, kenapa sekarang banyak orang yang keras kepala. Sudah dikasih tahu salah, malah ngeyel. Aduh-aduh!
Kedua, dia sangat sulit mengakui kekurangannya. Ini adalah malapetaka. Bukan malapetaka lagi udah game over kalau dalam permainan, mah.
Orang yang tidak bertaubat, dialah orang zalim. Orang yang tidak mau mengakui dosanya itu termasuk zalim. Kalau kita telah menyakiti orang, tetapi tidak mengakui, berarti kita sudah zalim. Zalim pada orang dan pada diri sendiri. Aduh, aduh sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin tepat kali, ya peribahasa ini. []
BERSAMBUNG