Oleh: Lavia Sri Dayanti
laviasridayanti@gmail.com
ENTAH apa yang mesti diucapkan tatkala melihat kondisi anak-anak jaman now ini. Mereka tengah berada dalam pusaran kerusakan moral manusia, dimana budaya “jeruk makan jeruk” pun dilindungi atas nama hak asasi manusia. Padahal kita tahu bahwa budaya itu bertentangan dengan fitrah manusia.
Mata tercekat, hati maktratap, ketika mendengar berita bahwa ada guru yang tega mencabuli muridnya sendiri. Sedihnya lagi, kini kasus serupa sudah marak dijumpai di berbagai tempat. Bagaimana mungkin sekolah yang merupakan tempat anak-anak ditempa untuk memperoleh ilmu dan moral malah menjadi salah satu lingkungan yang berpotensi merusak moral itu sendiri.
Seperti pada kasus pencabulan yang dilakukan oleh seorang guru Sekolah Dasar Negeri di Kec. Kesugihan, Kab. Cilacap berinisial NS (58). Sampai saat ini, sejumlah 32 wali siswa yang telah melaporkan NS kepada pihak berwajib. Siswa-siswa tersebut mengaku telah diperlakukan secara tidak wajar oleh NS yang notebenya guru mereka sendiri. Pelaku mengaku melakukan hal tersebut lantaran dirinya tidak bisa melampiaskan kepada istrinya yang sedang sakit. (radarbanyumas.co.id)
Senada dengan kasus tersebut, seorang guru sekolah swasta ternama di Kec. Semampir, Surabaya berinisial MSH telah melecehkan 65 murid laki-lakinya. Dalam sebuah keterangan, ia melakukan perbuatan itu saat di kolam renang, bus, dan di dalam kelas. Sedangkan korban yang masih dibawah umur tersebut mengalami trauma berat lantaran bersentuhan langsung dengan pelaku. (okezone.com)
Dilansir dari tribunnews, pelaku berinisial MSH ini juga merupakan korban pelecehan seksual dari tetangganya sejak kecil. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Psikolog Forensik Universitas Bina Nusantara Jakarta, Reza Indragiri Amriel. Menurutnya, anak-anak yang terpapar pada aksi seksual pada usia dini dapat mengakibatkan anak mengalami sexualization of behavior. Dimana anak kemudian dapat dengan mudah mengasosiasikan berbagai objek dengan sensasi keterangsangan seksual.
Lalu apa yang terbayang pada puluhan anak korban pelecehan tadi? Secara tidak langsung, pelecehan seksual ini merupakan gerbang hancurnya sebuah peradaban manusia. Contoh dalam kasus penembakan, satu peluru hanya bisa merusak/membinasakan satu korban, tetapi dengan kasus pelecehan, satu orang bisa merusak/membinasakan puluhan anak manusia dalam masalah kejiwaan maupun fisik.
Sebab munculnya rangsangan
Rangsangan muncul karena dua faktor, faktor pertama yaitu pemikiran termasuk fantasi dan khayalan, yang kedua yaitu fakta. Pada faktor fakta ini sangat berpengaruh saat ini, karena banyak sekali contoh yang berkeliaran di lingkungan terdekat. Banyaknya perempuan yang menampakan aurat, bahkan tidak malu-malu menampakan kemolekan tubuh. Sudah menjadi hal yang biasa karena sering diperlombakan dalam kontes kecantikan.
Ditambah dengan maraknya film dan jejaring sosial yang menayangkan adegan seks. Sehingga semua itu menjadi pemicu lahirnya fantasi seksual hingga mendorong tindakan untuk melampiaskannya.
Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pola pikir sekulerisme yang menjauhkan manusia dari perintah agama. Maka apapun perbuatanya, selama tidak merugikan orang lain maka sah-sah saja, tanpa mengindahkan halal haramnya perbuatan itu. Jikapun ada hukuman, itu tidak akan membuat jera pelaku karena ada pertimbangan hak asasi manusia. Singkatnya, tidak boleh terlalu keras melawan kejahatan. Maka tak heran, semakin hari semakin banyak kasus pelecehan atau kekerasan seksual yang melanda negeri tercinta.
Wallahu a’lam bish shawab. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.