EMPAT tahun lalu, tepatnya pada 2014, penjajah Israel telah melancarkan perang ketiga ke Jalur Gaza, sebelum matahari hari itu terbenam, kota-kota besar Arab menggemakan yel-yel pembelaan untuk Jalur Gaza “Dengan Jiwa dan Darah, Kami Persembahkan untukmu Wahai Gaza.”
Hari ini, setelah 15 hari gelaran “pawai kepulangan,” hampir tidak terdengar “bisikan” serupa seperti pada 2014 silam.
Dan yang lebih buruk dari itu, sikap sebagian pemerintah Arab yang tidak membiarkan warga Gaza melanjutkan jalan mereka, bahkan sejak hari pertama aksi pawai kepulangan, berusaha untuk menekan guna menghentikan aksi tersebut.
Apa yang sebenarnya terjadi pada bangsa Arab dan kenapa mereka diam membisu seperti ini? Padahal 31 warga Palestina telah meregang nyawa, darah tertumpah, namun tanpa bisa menggerakkan kota-kota besar Arab dengan aksi-aksi damai untuk solidaritas Palestina.
Surat kabar Israel mengungkap bahwa Israel telah melakukan komunikasi intensif menjelang peluncuran pawai kepulangan, dengan Mesir, Yordania dan Otoritas Palestina di Ramallah, dengan tujuan untuk menggagalkan meletusnya kemarahan Palestina.
Pertanyaan yang muncul hari ini adalah, apakah rezim-rezim Arab berhasil mengusir rakyat dari isu kekinian umat? Karena rakyat Palestina hari ini kehilangan sandarannya, bangsa Arab. Rakyat Palestina mulai tidak dipedulikan di tingkat Arab dan regional, tidak seperti sebelumnya. Meski demikian, rakyat Palestina masih mencari bangsa Arab dan kaum muslimin, setiap wawancara radio atau televisi selalu bersuara: “Di mana kalian wahai bangsa Arab, di mana kalian wahai kaum muslimin?”
Para pengamat memberikan alasan bahwa negara-negara Arab saat ini sedang mengalami situasi kemananan yang genting. Karena itu, masalah penting yang berhubungan dengan isu Palestina betul-betul hilang dari pantauan negara-negara Arab, seperti masalah al-Quds, tawanan Palestina dan rekonsiliasi Palestina.
Kesempatan ini dimanfaatkan Israel untuk melaksanakan royek dan rencana mereka tanap banyak negara Arab yang peduli dengan apa yang terjadi. Yang menjadi prioritas bangsa-bangsa Arab adalah mengakhiri konflik internal dan mendapatkan kehidupan yang bermartabat, terjadi penurunan pengangguran dan kemiskinan.
Yang lain meminta agar tidak bergantung kepada resim-resim Arab. Karena rezim-rezim Arab selalu tidak hadir atas apa yang terjadi di Palesina. Isu Palestina hanya dijadikan slogan, tidak lebih. []
SUMBER: PIC