ABU Bakar menikahi empat orang isteri. Dia memiliki enam orang anak, tiga putra dan tiga anak perempuan. Berikut adalah putra-putri dari sahabat yang sangat dikasihi oleh Nabi tersebut:
Abdurrahman. Putra sulung Abu Bakar. Ibunya adalah Umm Ruman, dan dia adalah saudara kandung Aisha. Ketika Abu Bakar menjadi seorang Muslim, dan anak-anaknya yang lain masuk Islam, Abdurrahman menolak untuk masuk Islam. Abu Bakar terpisah darinya. Dalam pertempuran Badar dan Uhud, Abdurrahman bertempur di pihak orang Quraisy melawan kaum muslimin. Dia menjadi seorang Muslim setelah Perjanjian Hudaibiyah. Setelah itu ia ikut dalam berbagai pertempuran yang diperjuangkan kaum muslimin. Pada pertempuran Yamama, dia membunuh Mahakkam al Yamama, Komandan Jenderal pasukan Musailamah. Pada pertempuran Busra di Suriah, dia memasuki kota Busra melalui sebuah lorong bawah tanah, dan kemudian menuju gerbang kota membukanya bagi tentara Muslim untuk memasukinya. Dia meninggal dan dikuburkan di Makkah.
Abdullah. Putra kedua Abu Bakar adalah Abdullah. Dia lahir dari ibu bernama Qutaila. Abdullah menikah dengan Atikahh yang merupakan putri Zaid bin Amr bin Naufal. Atikahh adalah sepupu Umar. Dia luar biasa cantik, dan Abdullah begitu mabuk kepayang akan cintanya ini sehingga dia tidak turut serta dalam berbagai ekspedisi yang dilakukan oleh kaum Muslimin. Abdullah begitu terbebani oleh cinta terhadap Atikahh sehingga dia tidak bisa turut dalam berbagai tugas lainnya. Abu Bakar melampiaskan kemarahannya, dan mengatakan kepada anaknya dengan kata-kata bahwa kegagalan yang dilakukan Abdullah dalam dakwah sudah memasuki tahap yang mengkhawatirkan. Abu Bakar memutuskan bahwa Abdullah harus menceraikan Atikah dalam tiga hari. Abdullah menceraikan Atikah sesuai dengan perintah ayahnya. Namun, ternyata hal itu mengganggu keseimbangan mental Abdullah. Dia tidak makan atau minum. Dia akan terisak dan mendesah dan menyanyikan ayat-ayat yang merendahkan hati yang mengungkapkan keresahannya atas kehilangan kekasihnya. Ketika Nabi mengetahui masalah itu, dia membatalkan perceraian tersebut, dan dua orang kekasih itu dipertemukan kembali. Setelah itu, Abdullah sangat khusus menjaga agar cintanya kepada Atikah tidak menghalangi tugasnya kepada Islam. Dalam semua dakwah yang dilakukan oleh Nabi setelah itu, Abdullah mengambil bagian aktif dan bertempur dengan gagah berani. Abdullah terluka dalam pertempuran Taif, dan kemudian meninggal karena luka-luka ini pada tahun 633 SM pada tahun pertama kekhalifahan Abu Bakar. Setelah wafatnya Abdullah, Umar bin Khattab menikahi Atikah.
Muhammad. Putra ketiga Abu Bakar adalah Muhammad yang lahir dari Asma binti Asma. Umurnya hampir dua atau tiga tahun pada saat kematian Abu Bakar. Asma memiliki dua anak laki-laki yang keduanya memiliki nama ‘Muhammad’, yang satu adalah anak laki-laki Jafar dan yang lainnya adalah putra Abu Bakar. Setelah kematian Abu Bakar, Asma menikahi Ali dan Muhammad bin Abu Bakar dibesarkan di bawah asuhan Ali. Dia adalah seorang pemuda hebat Ali dan dia sangat aktif dalam kudeta yang menyebabkan syahidnya Usman. Selama kekhalifahan Ali, Muhammad menjadi Gubernur Mesir. Saat Muawiyiah merebut kekuasaan, dia membunuh Muhammad.
Asma. Putri sulung Abu Bakar adalah Asma. Ibunya adalah Qutaila yang tidak menjadi seorang Muslim dan diceraikan oleh Abu Bakar. Ketika Nabi dan Abu Bakar mencari perlindungan di sebuah gua di luar Makkah pada saat hijrah ke Madinah, Asma biasa membawa makanan kepada mereka di tengah malam gelap. Ketika Nabi dan Abu Bakar meninggalkan gua, Asma merobek celemeknya dan mengikat barang itu dengan kedua ikat pinggangnya. Karena hal ini, dia menerima sebutan “Perempuan dengan dua ikat pinggang” dari Nabi. Dia menikah dengan Zubair, sepupu Nabi. Di Madinah, segera setelah hijrah, Asma melahirkan Abdullah, yang merupakan anak kaum Muslimin pertama yang lahir setelah hijrah. Setelah tragedi Karbala, Abdullah menyatakan dirinya sebagai Khalifah di Makkah. Ketika Umayyah menyerbu kota Makkah, Abdullah berkonsultasi dengan Asma yang saat itu berumur delapan puluh tahun, mengenai apa yang harus dilakukannya. Asma menasihati, “Jika engkau yakin bahwa tujuanmu benar, engkau harus siap untuk mati karenanya. Jika sebaliknya, tujuanmu hanyalah keuntungan duniawi semata, maka engkau pasti bisa berkompromi dengan musuh-musuhmu.” Ketika Abdullah meninggal dan mayat Umayyah digantung di gerbang kota, Asma mendatangi mayat anaknya, dan dia berkata dengan sedih, “Penunggangnya masih menunggang kuda.”
Aisyah. Putri kedua Abu Bakar adalah Aisyah, yang memiliki kehormatan unik untuk menjadi satu-satunya perawan yang menikahi Nabi. Dia menjadi janda di usia muda. Aisyah sangat pintar dan memiliki otoritas dalam hal-hal teologis dan yudisial.
Ummu Kulsum. Putri ketiga Abu Bakar. Dia lahir dari Habiba binti Zaid Ansari. Ummu Kulsum lahir setelah meninggalnya Abu Bakar. Umm Kulsum menikah dengan Talhah bin Ubaidullah. Pada saat kematian Talhah, dia menikahi saudaranya Abdurrahman bin Ubaidullah. []