SELAIN Pesepakbola Mesir, mohamed Salah, bintang lapangan yang kini sedang bersinar di klub Liga Inggris Liverpool adalah Sadio Mane. Kduanya berasal dari benua Afrika. Dan, keduanya adalah muslim yang taat.
Nama Sadio Mane mulai masuk di jajaran pesepakbola Liverpool sejak 2014. Dari pemain yang sebelumnya tidak dikenal, Mane kini menjadi salah satu penyerang top di kompetisi tertinggi sepak bola Inggris, Premier Legue.
Tak banyak yang tahu bahwa bintang Liverpool asal Senegal itu adalah seorang anak Imam Masjid. Meski kini tinggal di sebuah kota besar di Inggris dan berhadapan dengan budaya yang berbeda, Mane juga tetap memegang teguh keyakinannya.
Di saat banyak pemain beragama Islam berusaha “menyesuaikan diri” dengan mengikuti budaya Eropa, Mane memilih tetap berpegang kepada keyakinannya.
Dalam sebuah wawancara, Mane menyebut bahwa dirinya tidak akan pernah menyentuh alkohol yang memang diharamkan oleh agama Islam. Ia juga mengaku tetap melakukan salat lima waktu.
“Saya tidak akan menyentuh alkohol. Agama merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya sangat menghormati aturan-aturan Islam, dan saya juga selalu salat lima waktu.”
Baginya, Islam merupakan sesuatu yang penting. Dalam kesempatan yang sama, Mane juga menyebut bahwa perbedaan keyakinan tak akan menjadi hal yang mempersulit kariernya.
“Di Senegal sana, 90 persen beragama Islam, dan mungkin 10 persen sisanya beragama Kristen. Tapi kami bisa hidup berdampingan dengan harmonis. Saya punya sahabat bernama Luke yang beragama Kristen dan kami sering mengunjungi rumah satu sama lain. Tidak ada pertentangan antara agama saya dan fakta bahwa saya kini bermain sepak bola,” ujar Mane.
Kultur Islam begitu kuat dalam diri Mane. Maklum, di kampung halamannya di Senegal sana, Mane merupakan putra seorang imam masjid di Bambali, sebuah kota kecil di Senegal.
Cerita uniknya, ternyata sang ayah tidak pernah bermasalah dengan pilihan karier Mane sebagai pesepak bola. Ia hanya mempermasalahkan apabila Mane mengikuti gaya hidup mewah dan foya-foya ala bintang sepak bola. Ayah Mane sempat menentang keras ketika sang putra memilih untuk mengecat rambutnya. Meskipun demikian, pada akhirnya sang ayah jelas berbangga. Meskipun sudah menjadi pesepak bola terkenal dan sukses di Eropa, putranya tidak melupakan kampung halamannya.
Mane memberikan dana besar untuk melakukan perbaikan serta pembangunan bagi masjid di mana ayahnya itu menjadi imam. Mane juga turut menyumbang dana dengan nominal besar untuk pembangunan infrastruktur di kota kelahirannya, Bambali.
Mane begitu mencintai sepak bola. Fokus dan ambisinya adalah bermain sepak bola. Karena sepakbola juga, ia bukan saja membuat ayahnya dan penduduk Bambali, Senegal, berbangga, tetapi juga seluruh Afrika dan komunitas Muslim secara global. Karena eksistensi dan prestasi Mane di dunia Internasional, dengan seluruh kemampuan dan kepribadiannya, mampu mengikis citra buruk dan ketakutan besar kepada imigran Afrika dan umat Islam. []
SUMBER: FOOTBALL TRIBE