BOGOR—Isra Mi’raj adalah sebuah kejadian luar biasa yang terjadi atas kuasa Allah SWT. Setiap muslim mempercai kebenaran peristiwa itu. Kebenaran dari fenomena perjalanan yang menakjubkan itu tak hanya terkait soal keimanan, namun juga bisa dibuktikan secara ilmiah.
Hal ini disampaikan Dosen Fisika Institut Pertanian Bogor (IPB) Husin Alatas, Jumat (13/4/2018). Peraih penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia ini menegaskan mekanisme atau cara Isra tidak bisa dipastikan. Tapi, Isra bisa ditelaah kemungkinannya dengan sains saat ini.
“Kita tidak bisa tahu mekanisme atau cara pastinya perjalanan Isra Mi’raj tersebut seperti apa, kita hanya bisa membahasnya mungkin atau tidak, dan itu sangat mungkin,” kata pakar biofisik, optik dan fisika teori ini.
Prof Husin mengatakan Isra yang merupakan perjalanan dari Makkah ke Palestina bisa dijelaskan dengan teknologi yang ada saat ini. Seseorang bisa melakukan perjalanan dari satu posisi ke posisi lain di muka bumi dalam waktu singkat.
“Sekarang ada pesawat yang memungkinkannya terjadi, dahulu memang tidak terpikirkan, saudagar perlu berbulan-bulan perjalanan,” katanya.
Teknologi modern kini mengenal pesawat sebagai sarana perjalanan singkat dalam satu malam itu. Dalam riwayat, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan ini dengan buraq.
“Saya tidak punya penjelasan ilmiah tentang buraq, tapi ia analog dengan pesawat, sebagai wahana atau sarana,” kata Prof Husin.
Sedangkan soal Mi’raj yang merupakan perjalanan Rasulullah SAW untuk menemui Allah SWT di Sidratul Muntaha, Prof Husin mengatakan banyak spekulasi yang bisa menjelaskan fenomena ini. Mulai dari spekulasi apakah perjalanan tersebut beserta jasad Rasulullah atau hanya bersifat perjalanan ruhiyah atau imateril.
“Baik dengan jasad atau tidak, dua-duanya memungkinkan,” kata dia.
Soal kemungkinannya, maka ada banyak spekulasi atau teori yang bisa dijelaskan. Mulai dari kemungkinan Nabi Muhammad SAW melakukan Mi’raj dengan jasad, maka ada teori relativitas dan fisika partikel yang bisa disodorkan.
“Ada prinsip kesetaraan energi dan materi, bahwa secara prinsip materi bisa berubah jadi energi dan sebaliknya, kalau berubah jadi energi dia punya kecepatan cahaya,” katanya.
Selain itu ada teori yang sedang berkembang saat ini tentang dimensi ekstra. Misal, jarak titik A ke titik B sangat jauh. Tapi ada jalan tikus yang memungkinkan waktu perjalanannya sangat singkat. Jalan tikus inilah yang disebut dimensi ekstra, yang menyebabkan perjalanan menjadi lebih cepat.
“Ada beberapa fenomena alam yang menunjukkan indikasi dimensi ekstra itu ada, artinya fenomena alam ini hanya bisa dijelaskan kalau ada dimensi ekstra tadi,” kata dia. []
SUMBER: REPUBLIKA