TERDAPAT suatu kisah menarik tentang seseorang dengan sedekah yang dilakukannya. Dimana, ketika itu ia merasakan kegelisahan. Anak kesayangannya terkena penyakit demam. Ia telah berusaha membawanya untuk diobati, tapi hasilnya nihil. Kemudian, ia bersedekah. Dan tahukah Anda apa yang terjadi? Mari kita simak ceritanya.
Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj mengatakan bahwa kisah ini diceritakan oleh pelakunya sendiri. Orang itu berkata kepada Syaikh, “Anakku mengeluhkan penyakit demam dan panas, serta ia tak mau makan. Aku pun pergi bersamanya ke beberapa klinik pengobatan, namun panasnya tak kunjung turun dan keadaannya semakin memburuk.
Aku masuk ke dalam rumah disertai perasaan gelisah, tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Istriku berkata kepadaku, ‘Hendaklah kita bersedekah untuknya.’ Aku pun segera menghubungi via telepon seseorang yang memiliki jalinan hubungan dengan orang-orang miskin. Aku berkata kepadanya, ‘Aku berharap Anda mau shalat ‘Ashar di masjid, dan mau mengambil dari tempatku 20 kantong beras dan 20 boks ayam, lalu hendaklah Anda membagikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.’
Aku bersumpah demi Allah, tidak sampai lima menit sesudah aku menutup gagang telepon, tiba-tiba anakku telah berlari-lari, bermain-main, berlompatan di atas sofa, dan makan-makan hingga kenyang. Serta ia telah sembuh total berkat karunia Allah, selanjutnya berkat keutamaan sedekah. Dan, aku berpesan kepada orang banyak agar memberikan perhatian kepada sedekah, saat terkena berbagai penyakit,” (Min ‘Ajaibish Shadaqah, hal. 56).
Dalam kisah tersebut memberikan pelajaran kepada kita tentang kedahsyatan sedekah. Ya, sedekah itu tidak akan membuat diri kita miskin. Melainkan, memberikan kebaikan bagi kelangsungan hidup kita.
Memang, secara kasat mata, harta menjadi berkurang karena dikeluarkan untuk orang yang membutuhkan. Tetapi, sebenarnya harta itu menjadi tabungan bagi kita. Dimana tabungan tersebut bisa berbuah menjadi harta yang berlipat ganda atau mungkin menjadi penolak bala. Seperti halnya obat dari penyakit yang sedang kita atau keluarga kita derita.
Jadi, masihkah Anda ragu mengeluarkan sebagian harta untuk disedekahkan? []
Sumber: Buku “Berobat Dengan Sedekah”, karya Muhammad Albani, Penerbit Insan Kamil, Solo, Cet. X, Juni 2009