Oleh: Ratna Nera
ZAMAN dahulu—seperti orang-orang bilang—guru di masa lalu dinilai memiliki citra yang positif dengan kualitas, karakter, dan semangat berkorban, dan umumnya dikenal mampu membimbing masyarakat. Tentang itu semua, lalu apa kabar citra guru kini?
Belakangan menyoal tentang pendidikan dari banyak prespektif, guru adalah salah satu bagian wacana sentral yang kini banyak dibicarakan. Benarkah guru kini cukup berbekal buku dan terus menyuruh siswa mencatat dan menjelaskan seadanya? Benarkah guru kini jumlahnya banyak tapi tanpa inovasi? Bahkan lebih ekstrim lagi, benarkah guru kini hanya berfokus pada uang—gaji?
Citra-citra inilah yang sesungguhnya persoalan yang lambat laun merusak tatanan pendidikan dan paradigma berpikir. Sebuah citra yang kini melekat pada diri guru yang perlu dicarikan jalan keluar untuk image recovery. Pertimbangan yang melandasi pernyataan itulah, sudah saatnya guru Indonesia harus tampil di dunia dengan pandangan positif.
Untuk itu diperlukan sebuah terobosan-terobosan unik dan inovatif dalam pengajaran, dan tentunya penguasaan terhadap informasi karena dunia akan terus berkembang setiap detik, menit, jam, bahkan setiap detik. Menyoal itu semua, maka kata kuncinya adalah kreatif!
Apa Itu Kreatif?
Menurut definisi, kreatifitas yang baku dapat diartikan sebagai kemampuan individu yang mengandalkan keunikan dan kemahirannya untuk menghasilkan gagasan baru dan wawasan segar yang sangat bernilai bagi individu.Salah satu ciri orang yang kreatif adalah mampu memunculkan beragam alternatif dari permasalahan.
Tentang kreatif, tentu kreatif identik dengan sebuah penemuan ide baru, jadi guru kreatif adalah guru yang bisa menemukan sebuah ide yang tepat pada saat yang di butuhkan. Dari situlah, sesungguhnya ada banyak ruang-ruang kosong yang belum termanfaatkan
Dari Gadget Sampai Arisan Pohon
Melihat wacana sebelumnya, dalam tulisan Restu Nur Wahyudin di rubrik forum guru Pikiran Rakyat tentang pemanfaatan gadget dan studi journalism (13/11), sesungguhnya itu adalah ide nyata seorang guru. Berawal dari sumber daya media dan teknologi yang kemunculannya semakin tak terbendung dan kian mudah untuk didapatkan, maka pendidikan melalui elemen pendidiknya yakni guru dapat ‘mencomot’ dan mengambil langkah pemanfaatan teknologi untuk sebuah pembelajaran. Ya , itulah ide kreatif yang dimaksud.
Pada program percobaan profesi guru di salah satu sekolah tempat penulis berada, ide cerdas datang dari salah satu guru. Mengusulkan idenya kepada kepala sekolah agar seluruh guru, staff dan karyawan ikut berperan dalam menghijaukan bumi dengan cara menjadi peserta arisan pohon.
Kini memang yang namanya arisan sudah banyak macamnya, awalnya berupa uang, namun makin lama berkembang dan banyak, mulai dari arisan permen, arisan perabot rumah tangga, dll. Berawal dari jenis- jenis arisan itu, kemudian ide arisan pohon itu muncul.
Ide itulah yang kemudan menjadi program unggulan sekolah dalam lomba kebersihan 3R (Recycle, Reduce, Reuse) tingkat provinsi Jawa Barat tahun lalu yang diliput secara langsung oleh stasiun TV TVRI. Alhamdulillah, sekolah mendapat juara, meski hanya menduduki peringkat 2.
Ide ini tentu menjadi inspirasi, selain ikut dalam menghijaukan bumi tercinta, secara tidak langsung juga menginovasi sebuah pembelajaran untuk kemudian dicontohkan kepada anak didik, terlepas dari pendidikan moral dan sikap yang ditanamkan.
Mungkin yang dipaparkan penulis hanya satu dari banyak ide kreatif guru, tapi berwal dari itulah sudah saatnya guru-guru menjaga nama baik dengan kreatifitasnya. Meski masyarakat tidak secara langsung melihat proses pembelajaran di lapangan, tapi percayalah generasi-generasi masa depan itulah yang kita persiapkan melalui pembelajaran bermakna.
Seperti yang dilukiskan oleh Earl V Pullias dan James D Young yang dikutip oleh Widiyastono tentang pandangan masyarakat terhadap guru, yaitu manusia yang serba tahu, serba bisa dan memiliki wibawa tinggi.
Guru Indonesia, mari kita buktikan bahwa kita memiliki profesi yang mulia, luhur dan bermartabat, tunjukkan dengan daya kreasi dan inovasi yang kompetitif karena guru adalah pemahat bangsa. Yakinlah! []