SAUDARAKU, janganlah kalian menetap di suatu negeri yang di dalamnya tak ada seorang ulama yang memberikan fatwa tentang agamamu, dan seorang dokter yang memberitahu penyakitmu.
Saudaraku,
Jika kau khawatir terjebak dalam ‘ujub
Maka lihatlah siapa yang engkau hadapi saat bersujud,
Pahalakah yang kaumaksud?
Azabkah yang kautakut?
Nikmat kesehatan mana yang kausyukuri?
Musibah apa yang kaukufuri?
Jika kau memikirkan salah satu dari hal-hal tersebut akan terlihat kerdil amalanmu.
Saudaraku,
Perdalamlah ilmu agama sebelum kau menjadi pemimpin, karena saat kau menjadi pemimpin maka tak ada lagi waktu untuk mendalami ilmu.
Saudaraku,
Cukuplah ilmu menjadi sebuah keutamaan saat orang yang tak memiliki mengaku-ngaku memilikinya dan merasa senang jika dipanggil dengan gelar ilmuwan.
Cukuplah kebodohan menjadi aib saat orang yang bodoh merasa terbebas darinya dan marah jika digelari dengannya.
Barangsiapa mempelajari Al Qur’an, akan naik harga dirinya.
Barangsiapa mendalami fikih, akan berkembang kemampuannya.
Barangsiapa menulis hadits, akan kuat argumentasinya.
Barangsiapa berkecimpung dalam ilmu Bahasa, akan lembut perasaannya.
Barangsiapa berkecimpung dalam ilmu Matematika, akan luas akalnya.
Barangsiapa tidak menjaga hawa nafsunya, takkan bermanfaat ilmunya.
Saudaraku,
Barangsiapa mengejar kekuasaan, ia akan lari darinya. Jika terjadi sesuatu ia akan lupa terhadap ilmu.
Saudaraku,
Dunia adalah batu yang licin dan kampung yang kumuh. Bangunannya kelak roboh, penduduknya adalah calon penghuni kubur, apa yang dikumpulkan akan ditinggalkan, apa yang dibanggakan akan disesalkan, mengejarnya sulit, tetapi meninggalkannya mudah. []
Sumber: Diambil dari kitab Mawa’idh Imam Syafi’i