SHALAT merupakan kewajiban bagi setiap umat Muslim. Bukan hanya sebagai kewajiban, ternyata denagn melaksanakan maka kita akan merasakan suatu hikmah tersendiri. Shalat dapat menjadi salah satu cara yang dapat kita lakukan untuk menghindari dari perbuatan yang keji, seperti halnya maksiat.
Hanya saja, dewasa ini kebanyakan orang yang melakukan shalat tidak selamanya terhindari dari maksiat. Kalau kata orang sih itu termasuk dalam kategori shalat terus maksiat jalan (STMJ). Ya, istilah itu dapat dikatakan pas bagi orang-orang yang selalu melaksanakan namun tak pernah terhindari dari maksiat.
Jika demikian, apa yang salah dalam hal ini? Apakah shalat mencegah dari maksiat itu tidaklah benar? Nah lho! Ini nih yang menjadi permasalahan yang tidak pernah lepas dari diri manusia.
Allah SWT tidak akan mungkin memberitahu bahwa shalat itu dapat mencegah dari perbuatan maksiat kalau itu tidak benar. Mustahil bagi Allah untuk menginformasikan hal yang demikian. Berarti sudah pasti bahwa shalat itu mencegah dari perbuatan maksiat. Lalu apa yang salah dalam hal ini?
Ternyata setelah diteliti, bahwasanya shalat kitalah yang belum sempurna. Selama ini memang kita melaksanakan shalat, tapi ketika melaksanakannya, hati kita tidaklah mengakui bahwa kita sedang shalat. Inginnya ketika melaksanakan shalat itu cepat-cepat dan pastinya surat yang diambilnya pun yang pendek-pendek agar cepat selesai, bukan begitu?
Nah, shalat akan mencegah dari maksiat jikalau orang yang melaksanakannya itu sungguh-sungguh dalam melaksanakan shalatnya. Itu berarti, ia akan siapkan segalanya ketika akan melaksanakan shalat, seperti pakaian yang bersih, tempat yang bersih, pikiran yang jernih terhindar dari urusan duniawi dan menyiapka hati untuk bersiap menghadapkan diri di depan Allah.
Itu mencerminkan kekhusyuan kita dalam melaksanakan shalat. Jadi, shalat itu bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, melainkan kita harus yakini bahwa ada hikmah di dalamnya. Maka, jangan terburu-buru dalam melaksanakan shalat, santai dan mantapkan hati, pikirkan bahwa kita sedang berkomunikasi dengan Allah.
Ada salah satu kisah yang menceritakan seorang perempuan yang sudah memiliki suami. Suatu ketika ia bertemu dengan laki-laki lain yang tidak pernah melakukan shalat dan pekerjaannya hanya meminum-minuman keras. Laki-laki tersebut meminta perempuan itu untuk melayaninya. Karena ia tahu telah memiliki suami, maka ia pergi dahulu untuk menemui suaminya.
Ketika telah bertemu suaminya, ia langsung menceritakan bahwa ia mau melayani laki-laki yang ditemuinya tadi. Ia mendatangi suaminya bermaksud untuk meminta izin mengenai hal itu. Dengan santainya suaminya memperbolehkan istrinya untuk melakukan itu, tapi tidaklah cuma-cuma atau begitu saja. Suaminya meminta istrinya untuk shalat shubuh berjamaah selama 40 hari saja. Dan akhirnya istrinya pun meng-iyakan permintaan dari suaminya itu.
Setelah 40 hari dilalui dengan melaksanakan shalat shubuh berjamaah, tiba-tiba hati seorang istri tersebut terasa berbeda. Ia melaksanakan shalat dengan kesungguhannya. Hingga ketika ia bertemu dengan laki-laki yang mengajaknya melakukan hal tercela, tanpa berpikir panjang, istri tersebut menolaknya.
Subhanallah, itula indahnya orang yang melaksanakan shalat dengan sungguh-sungguh. Bukti tanda bahwa kita sungguh-sungguh dalam melaksanakan shalat ialah kita merasa nikmat. Kita merasa betah berlama-lama dalam shalat. Dan terasa ketika ada seseorang yang mengajak kepada keburukan, maka akan muncul keyakinan bahwa Allah tidak menyukai hal itu, dengan begitu kita pun tidak akan mau melakukan hal tercela tersebut. Wallahu ‘alam. []