ILMU membawa kepada keyakinan. Keyakinan membawa kepada amal, amal membawa kepada keberuntungan.
Ada tiga keyakinan: ilmul yaqin, ainul yaqin, dan haqqul yaqin. Ilmul yaqin adalah keyakinan berdasarkan ilmu. Luqman mengajarkan himah kepada dirinya, kepada keluarganya, kepada jamaahnya, bahwa sedekah bisa begini dan sedekah bisa begitu.
Lalu dia dan di antara yang diseur, bersedkah. Inilah salah satu bentuk ilmul yakin, yakni keyakinan berdasarkan ilmu. Dengan ilmunya dia lalu terdorong kuat untuk beramal. Dari ilmul yakin tersebut, kemudian ada satu dua yang merasakan manfaat sedekah.
Inilah kiranya yang disebut ainul yaqin, keyakinan berdasarkan mata, berdasarkan pengalaman.
Dan ada satu lagi, yaitu yang namanya haqqul yakin. Bulat, enggak perlu pengalaman mesti berhasil, mesti manfaat. Yakin… ya yakin.
Melihat penjelasan awal di atas, nampaknya kehadiran ilmu, salah satu kepentingannya adalah supaya mendorong lahirnya amal. Malah dengan adanya ilmu, maka amal itu akan menjadi terus terpelihara.
Kali ini disuguhkan kisah tentang seorang direksi sebuah prusahaan. Darinya kita bisa belajar bahwa dengan mengetahui fadhilah sesuatu, ia akan mendorong kita bukan saja untuk melakukannya, tapi juga untuk memeliharanya.
Suatu ketika dia merasa jenuh bekerja di dunia perhotelan, jauh sebelum dia menjadi direktur. Dia memutuskan keputusan yang menurut orang gegabah, yaitu berhenti sebelum punya pekerjaan lain. Ternyata orang-orang di sekelilingnya, benar. Hingga sekian lama ia tidak kunjung memiliki pekerjaan. Sampai suatu saat ia mendengar bahwa shalat dhuha 4 rakaat bisa membuka pintu rezeki. Bangunlah dia menegakkan shalat Dhuha ini, 4 rakaat, terdiri dari dua rakaat-dua rakaat. Ajaib! Tidak berapa lama pekerjaan dia dapatkan. Tapi apa yang terjadi? Ilmunya tentang shalat Dhuha, pengetahuannya tentang shalat dhuha, tidak mampu mengistikomahkan shalat dhua ini. Ia berhenti shalat dhuha, dan berhenti pula dari pekerjaannya setelah ia menghentikan dhuhanya itu.
Dia kemudian shalat dhuha lagi, empat rakaat, dua rakaat-dua rakaat, atau dua salam. Kejadian berulang, ia mendapat pekerjaan lain. Tapi lagi-lagi shalt dhuhanya berhenti. Anehnya, berhenti juga ia punya pekerjaan. Kejadian ini berulang beberapa kali hingga Allah memberikan hidayah buatnya untuk teteap menjaga shalat dhuhanya.
Dalam satu kesempatan audensi dengan Luqman, direktur ini mengakui bahwa suatu saat ia berpikir “Jangan-jangan benar, bahwa wasilah shalat dhuhanya, pintu rezeki berupa pekerjaan terbuka untuk saya. Dan ketika shalat dhuha ini saya tinggalkan, tertutup lagi rezeki yang terbuka itu.”
“Dari Rasulullah SAW, Allah SWT berfirman, ‘wahai anak Adam, Shalatlah untuk-Ku empat rakaat di awal siang (dhuha), maka akan aku cukupkan bagimu siangmu, ” (Hadits Qudsi diriwayatkan oleh at-Tirmidzi). []
Sumber: An Introduction to The Miracle Of Giving/Ust. Yusuf Mansur/Penerbit : Zikrul Hakim tahun 2008