BAGI umat muslim, sangatlah tidak asing bahwasannya salah satu diantara syariat agama Islam adalah kewajiban untuk menunaikan ibadah shalat. Bahkan, karena amat pentingnya sampai-sampai perintah shalat itu tidak cukup diberikan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Tetapi Allah Swt menyampaikan firman-Nya langsung kepada beliau dengan memanggilnya datang menghadap ke-hadirat-Nya, yakni yang sering kita lontarkan dengan sebutan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
Shalat merupakan suatu ibadah yang menghubungkan antara hamba dan Rabb-nya. Untuk menjalin komunikasi tanpa memikirkan keduniawian, maka diperlukan sikap lahir, batin dan totalitas. Akan tetapi, untuk mencapai taraf itu bukanlah perkara sepele. Terkadang kita tidak dapat mengendalikan pikiran yang berkembang liar, disebabkan karena masalah tersebut sering dialami oleh semua orang pada saat melakukan shalat.
Bahkan, seringkali terjadi di tengah-tengah kita shalat pikiran mulai mengembara sesuai dengan masalah yang dihadapi. Tentu saja buyar sudah totalitas dan konsentrasi kita dalam shalat. Sehingga, tak jarang lagi kita malah lupa sudah melakukan shalat pada rakaat ke berapa. Anda pernah mengalaminya bukan? Oleh sebab itu, dalam melaksanakan shalat hendaknya kita menghadirkan hati untuk melupakan semua urusan yang lain dan hanya ingat kepada Allah Swt baik dalam keadaan duduk maupun berdiri.
Jika berbicara tentang khusyuk, beberapa ulama memiliki pendapat dan pandangan yang beragam. Secara umum, sebagian ulama mengatakan bahwa, khusyuk adalah memejamkan mata dan merendahkan suara dengan suasana hati yang tenang. Berikut adalah, beberapa pandangan dari para ulama terkemuka:
1. Menurut Imam Ali bin Abi Thalib Ra, “khusyuk adalah tidak berpaling kanan-kiri di dalam shalat”.
2. Amru ibn Dinar, “khusyuk adalah tenang dan bagus kelakuan”.
3. Ibnu Sirin, “khusyuk adalah tidak mengangkat pandangan dari tempat sujud”.
4. Ibnu Jubair, “khusyuk adalah tetap mengarahkan pikiran kepada shalat, sehingga tiada mengetahui orang yang di sebelah kanan dan kirinya.
5. Atha, “khusyuk adalah tidak memain-mainkan tangan dan tidak memegang badan dalam shalat.
Bukan hanya itu, saya juga teringat apa yang pernah disampaikan oleh guru saya kepada anak didiknya. Tatkala kita mengerjakan shalat agar senantiasa khusyuk maka hadirkanlah hati dan pikiran kita hanyalah kepada Allah Swt, yaitu dengan cara menganggap melaksanakan ibadah di tanah suci.
Jadi, maksudnya adalah jika kita menginginkan shalat yang khusyuk, dimanapun kita mengerjakan shalat baik di Masjid, Musholla atau tempat suci lainnya, maka kita harus bisa mengibaratkan sedang melaksanakan shalat di Baitullah (rumah Allah). Karena, jika kita mempunyai anggapan mengerjakan shalat di tanah suci, hati akan senantiasa tenang dan lupa akan hal-hal yang berkeliaran di pikiran kita.
Dan, dalam buku karya Said Hawa, yang merupakan intisari kitab Ihya’ Ulumiddin, berjudul “Mensucikan Jiwa” (judul aslinya Al-Mustakhlash Fii Tazkiatil Anfus) mengatakan bahwa amalan-amalan shalat yang bersifat lahiriah masih tetap dilaksanakan dengan baik oleh orang Muslim yang hidup di lingkungan Islam, maka yang disebut dengan adab batin adalah Ilmul Khusyuk.
Telah disebutkan dalam firman Allah Swt:
قََدْ اَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ ١
الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلَا تِهِمْ خَا شِعُوْنَ ٢
Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya”.(Qs. Al-Mu’minuun [23]: 1-2)
Sudah sangat jelas dalil diatas menunjukkan bahwa, orang-orang yang beruntung ialah orang yang senantiasa khusuk dalam shalatnya. Dan oleh sebab itu, selain kita dianjurkan untuk khusuk dalam shalat, maka yang tak kalah penting adalah menghadirkan hati ketika awal dimulainya shalat (takbir) sampai dengan salam. Sesungguhnya ilmu khusyuk itu, berkaitan dengan ilmu penyucian hati dari berbagai penyakit dan upaya merealisasikan kesehatan.
Jika hati sudah bersih dari perbuatan tercela dan telah nampak sikap terpuji. Maka, disinilah perlunya pembiasaan hati untuk senantiasa khusyuk dengan adanya kehadiran Allah Swt dan juga merenungkan berbagai nilai kehidupan untuk dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. []
Kirim ide/gagasan Anda sebagai mahasiswa lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.