SIANG terasa terik, tapi rumah itu selalu menawarkan kesejukan. Kutatap wajahnya. Ayah duduk di ruang tamu. Berdiskusi.
Tetiba saja ibu berkata, “Tra, kalo ada orang yang datang minta sumbangan uang sekolah, tolong dibukain pintu. Biasanya dia datang tanggal segini.”
Aku menatap ibu. Memikirkan kondisi kedua orang tua saat ini.
“Kalau memberatkan dihentikan aja bantuan beasiswanya Bu …”
Sudah sejak beberapa tahun lalu wanita itu datang ke rumah. Dia meminta bantuan kepada ibu dan bapak untuk membayar uang sekolah anaknya. Ibu bahkan tidak mengenalnya, tapi wanita itu memang membutuhkan bantuan.
“Ya enggak bisa, Tra. Masa bayar sekolah mau distop.”
“Tapi Bu … kondisi Ibu-Bapak sekarang juga sedang pas-pasan. Jangan terlalu memaksakan diri.”
Ayah beringsut. Mengeluarkan pendapat, “Tra, kamu enggak tau. Beramal dalam kondisi sulit itu nilainya tinggi.”
Ya … aku memang lupa. Padahal Allah Swt memuji orang-orang seperti itu. Mereka yang menginfakkan hartanya baik dalam keadaan lapang maupun sempit.
Dan beberapa jam lalu di tanganku ada sebuah amplop berisi uang 500.000 pemberian teman. Jumlah yang sangat tepat sesuai kebutuhan ibu. Seakan-akan Allah sudah menghitungnya dengan cermat.
Lalu terbayang wajah ibu. Bisa jadi uang itu rezeki orang lain yang dititipkan melalui kami. Rezeki anak itu untuk menyambung pendidikannya.
Allah selalu punya cara.
Ayah, Ibu … aku belajar dari kalian. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.