IMAN artinya percaya. Sedangkan menurut istilah iman adalah meyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan dan dilaksanakan dengan perbuatan.
Keimanan ini dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya adalah konsumsi yang masuk ke dalam tubuh kita. Halal dan haramnya suatu makanan memiliki efek besar terhadap kondisi konsumennya. Apabila kita selalu memperoleh sesuatu yang haram, maka sudah pasti kita terjerumus dalam lembah kesesatan.
Bila seseorang merasakan bahwa dirinya begitu berat mengerjakan ketaatan, namaun begitu mudah dalam bermaksiat. Bisa jadi yang bersangkutan senantiasa mengkonsumsi makanan dan minuman haram.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah peminum khamr, ketika ia meminum khamr termasuk seorang mukmin.” (HR Bukhari Muslim).
Hadits di atas memang hanya menjelaskan khamr, namun sebenarnya hal tersebut berlaku untuk semua makanan dan minuman haram.
Lain halnya apabila kita mendapatkan rezeki atau makanan yang halal. Maka itu bisa menjadi salah satu faktor pendorong untuk kita agar senantiasa melakukan amalan shaleh. Allah SWT berfirman:
“Hai Rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mu’minun: 51)
Sa’id bin Jubair dan Adh-Dhohhak Rahimahumallah mengatakan yang di maksud makanan yang baik adalah makanan yang halal”. (Tafsir Ibnu Katsir: 10/126)
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: “Pada ayat ini Allah ta’ala memerintahkan para rasul Alaihimus Shalatu Wassalam untuk memakan makanan yang halal dan beramal shalih. Oleh karena itu, para nabi benar-benar memperhatikan bagaimana cara memperoleh rizki yang halal. Para Nabi mencontohkan pada kita kebaikan dengan perkataan, amalan, teladan dan nasihat. Semoga Allah memberikan kepada mereka balasan karena telah memberi contoh yang baik bagi para hambanya”. (Tafsir Ibnu Katsir 10/126). []