KITA tentunya tahu bahwa dusta adalah sebuah dosa yang harus kita tinggalkan. Mengapa Allah melarang kita berdusta? Ternyata ini dia kerugian dan kerusakan karena perbuatan dusta:
1. Menyeret seseorang ke neraka. Satu dusta akan menyeret pada dusta berikutnya, hingga mengarah pada perbuatan kefajiran dan perbuatan kefajiran akan menyeret pada neraka.
Jauhilah kedustaan karena kedustaan menyeret pada perbuatan fajir (menyimpang) dan perbuatan fajir menyeret menuju neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan menyengaja memilih berdusta hingga tercatat di sisi Allah sebagai tukang dusta (H.R al-Bukhari dan Muslim)
2. Allah ancam para pendusta dengan adzab yang pedih:
…dan bagi mereka adzab yang pedih disebabkan kedustaan mereka (Q.S alBaqoroh:10)
3. Mendapat laknat Allah
Terlaknatlah para pendusta (Q.S adz-Dzaariyaat:10)
Para Ulama menjelaskan bahwa al-Khorroshuun yang disebut dalam ayat adalah para pendusta yang membangun kedustaannya pada dugaan yang tidak berdasar.
4. Satu kedustaan yang tersebar hingga seluruh penjuru dunia dari seseorang, akan menyebabkan dia disiksa dengan dirobek-robek sudut mulutnya di alam barzakh (alam kubur) hingga hari kiamat:
“Dari Samuroh bin Jundub radhiyallahu anhu beliau berkata: Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Aku melihat tadi malam dua laki-laki yang datang dan berkata: Sesungguhnya yang engkau lihat tentang seseorang yang dirobek-robek ujung mulutnya adalah pendusta yang berdusta dengan satu kedustaan dinukil terus hingga mencapai ufuk (penjuru dunia) maka demikianlah dia disiksa hingga hari kiamat (H.R al-Bukhari)
Allah perintahkan kepada orang beriman untuk bertaqwa dan berjalan bersama orang-orang yang jujur
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan jadilah bersama orang-orang yang jujur (Q.S atTaubah:119)
Seseorang diperintahkan untuk tidak berdusta baik dalam keadaan sungguhan atau main-main. Tidak boleh bagi seseorang menjanjikan sesuatu kepada anaknya (yang masih kecil) kemudian tidak dia penuhi. Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:
Tidak boleh berdusta dalam keadaan sungguh-sungguh atau main-main. Tidak boleh seseorang menjanjikan sesuatu kepada anaknya (yang masih kecil) kemudian tidak dia tepati (riwayat al-Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
Ada ancaman yang keras bagi seseorang yang berdusta untuk membuat tertawa orang lain:
Celakalah orang yang bercerita dan berdusta untuk membuat tertawa suatu kaum. Celaka baginya. Celaka baginya (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, anNasaai, dihasankan Syaikh al-Albany)
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam hanya memberikan keringanan berdusta untuk 3 keadaan yaitu: dalam perang, dusta suami ke istri atau sebaliknya dalam rangka menyenangkan hati dan semakin merekatkan hubungan, dusta untuk mendamaikan di antara dua orang yang sedang berselisih (perkataan Ummu Kultsum radhiyallahu anha yang diriwayatkan oleh Muslim). []
Referensi: Ramadhan Bertabur Berkah/Karya: Abu Utsman Kharisman/Penerbit: Pustaka Hudaya