Oleh: Viki Nurbaiti Muswahida, S.Pd.
viki.nurbaiti@gmail.com
PADA bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, seluruh milyaran umat Islam dipenjuru dunia menjalankan rukun Islam yang keempat, yaitu ibadah puasa yang telah diwajibkan oleh Allah agar dapat meraih takwa sebagai hikmahnya. Pada bulan ini pun, atmosfer Islami melingkupi seluruh umat manusia pada umumnya dan umat muslim pada khususnya.
Seluruh umat muslim berlomba-lomba dalam mengisi bulan ramadhan dengan beribadah kepada Allah SWT. dalam rangka taqarrub illallah (mendekatkan diri kepada Allah), mulai dari mengerjakan ibadah mahdhah tepat waktu, memperbanyak ibadah nafilah (sunnah), membantu sesama terutama memberi menu sahur dan buka puasa, dan membantu fakir miskin, kita pun juga terdorong banyak membaca dan menghapal Al-Qur’an.
Kalau kita jeli mengamati setelah bulan ramadhan usai, fenomena spirit Islam saudara muslim kita kira-kira bisa konsis, bertahan lama, atau tidak? Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan, agar bulan ramadhan tidak berlalu begitu saja sebagai rutinitas tahunan, harapannya bisa benar-benar menjadi momentum untuk meningkatkan ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah secara totalitas.
Pertama: Aktivitas ibadah ritual umat Islam memang meningkat selama ramadhan, tapi selepas ramadhan tak jarang mereka sibuk dengan urusan duniawi lagi dan semangat untuk beribadah mulai turun, terlihat misalnya dengan sholat lima waktu yang tidak lagi tepat waktu dan jarang membaca Al-Qur’an. Seharusnya, kalaupun pada akhirnya ramadhan berakhir, bukan berhenti pula amalan-amalan nafilah yang rutin dikerjakan selama bulan ramadhan. Apalagi amalan wajib yang semestinya ditingkatkan kualitasnya. Spirit ketakwaan ini seharusnya dijadikan habbits (kebiasaan) yang nantinya akan dibawa untuk mengisi bulan-bulan berikutnya selepas bulan ramadhan.
Lalu bagaimana cara memupuk habbits yang baik? Habbits yang baik akan muncul ketika seseorang senantiasa melakukan practice (latihan) dan repetition (pengulangan) terhadap suatu aktivitas, hingga akhirnya akan membentuk kebiasaan baik. Kebiasaan (habbits) akan muncul setelah 30 hari melatih diri dengan melakukan suatu aktivitas meskipun masih dalam takaran habbits lemah. Hal ini pas banget dengan jumlah hari dalam ramadhan untuk memupuknya.
Kedua: Tentu ada yang salah, ketika pada bulan ramadhan setiap muslim taat dalam ibadah mahdhahnya, seperti rajin sholat, sungguh-sungguh melakukan puasa, taat dalam menjalankan haji & zakat tetapi menolak penegakan hukum-hukum allah (Syariah Islam) secara menyeluruh dalam aspek sosial-kemasyarakatan, yakni kepedulian terhadap nasib urusan umat Islam lain secara keseluruhan. Padahal Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kedalam Islam secara kaffah (menyeluruh)..”[TQS. Al-Baqarah: 208]. Dalam ayat ini Allah memerintahkan pada ummatnya untuk mengambil seluruh ajaran & Syariah Islam tanpa terkecuali. Dalam ayat ini juga Allah tidak hanya memerintahkan kita menjalankan ibadah ritual dan spiritual saja, tapi juga mencakup amal-amalan dalam mengurusi urusan umat dengan syariat Islam secara kaffah.
Ketiga: Maraknya dunia sosmed alias social media, seperti line, BBM, facebook, Instagram, dll, yang menjadi dunia kedua buat kawula muda sekarang seharusnya tidak hanya dijadikan trend untuk memposting aktivitas hedonis mereka. Seharusnya sosmed dapat dijadikan ladang dakwah bagi mereka, karena siapapun umat muslim memiliki kewajiban amar ma’ruf nahi munkar kepada sesama saudara muslim yang lain,
“Sampaikanlah dariku walau satu ayat” (HR. Bukhari).
Jadi, daripada sosmed dijadikan sarana tebar pesona, selfie foto-foto yang dapat mengundang hasrat lawan jenis, lebih baik digunakan untuk mengajak umat melaksanakan sholat tepat waktu dan birrul walidain kepada kedua orang tua, mengingatkan teman menghindari pacaran yang akan berbuah kerusakan, memposting kisah rosul dan para sahabat untuk dijadikan teladan dalam berjuang penegakan islam.
Keempat: Selain di sosmed, di televisi pun juga banyak menyuguhkan tayangan sinetron Islami, iklan Islami, dan suguhan special membahas seputar Islam selama bulan ramadhan. Tak jarang para artis pun bertransformasi terutama dalam berpenampilan, seperti contoh para wanita memakai hijab syar’i selama bulan ramadhan, tetapi seusai ramadhan tak sedikit pula mereka menanggalkan hijabnya.
Tak jarang juga disekitar kita banyak wanita ketika berangkat ke masjid untuk tarawih, mereka memakai hijab, tetapi seusai sholat tarawih mereka melepasnya. Ketika di masjid, seseorang merasa dalam pengawasan Allah. Namun diluar masjid seakan-akan jauh dari pengawasan Allah. Padahal setiap individu tidak pernah luput dari pengawan Allah dimanapun dan dalam kondisi apapun. Selain itu, kewajiban menutup aurat ke seluruh tubuh bagi kaum hawa kecuali telapak tangan dan muka adalah wajib hukumnya dan sudah dijelaskan di dalam Al-Qur’an.
Kelima: Bulan ramadhan juga disebut syahr Al-Qur’an. Pada bulan ini Al-Qur’an diturunkan. Pada bulan ini umat Islam didorong untuk membaca dan menghapalkan Al-Qur’an. Tetapi kita harus ingat, tidak hanya sekedar dibaca dan dihapalkan saja karena hukum membaca Al-Qur’an adalah sunnah. Yang terpenting adalah bagaimana menerapkan Al-Qur’an dalam kehidupan kita itu adalah wajib hukumnya.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam artinya hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an harus diterapkan dalam kehidupan kita. Banyak orang yang memiliki paham memisahkan urusan dunia dengan urusan akhirat. Urusan dunia terserah manusia, sementara urusan akhirat pada agama. Agama tidak boleh dibawa-bawa dalam urusan dunia. Sebaliknya, urusan dunia tidak boleh dikaitkan dengan urusan akhirat atau agama. Dalam konteks waktu, seakan-akan ada waktu yang khusus untuk akhirat; yang harian adalah waktu-waktu sholat lima waktu, dalam mingguan adalah hari jumat, dan yang tahunan adalah ramadhan. Padahal pengaturan Islam untuk kehidupan sangat kompleks, mulai dari bangun tidur hingga bangun negara.
Alhasil, marilah bulan ramadhan kali ini kita jadikan moment melakukan perubahan hakiki secara total demi terwujudnya Islam kaffah (keseluruhan) dalam segala aspek kehidupan sebagai wujud dari ketakwaan kita dengan menerapkan Syariah Islam. Tidak hanya spirit keimanan berhenti di akhir bulan ramadhan saja dan tidak hanya berhenti dalam aspek ibadah ritual saja melainkan juga dalam aspek politik, pemerintahan, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Kedepannya, umat muslim juga harus berhukum pada Al-Qur’an dan as-Sunnah dalam mengarungi kehidupan. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word