MENURUT Al Qur’an, bulan Ramadhan adalah bulan mulia, disebut juga bulan yang penuh dengan keberkahan. Pada sepuluh hari pertama dibulan Ramadhan terdapat curahan rahmat. Sepuluh hari kedua, penuh dengan ampunan dan sepuluh hari terakhir akan terbebas dari siksa api neraka bagi yang puasanya sesuai dengan tuntunan dan syariat.
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al Qur’an, sebagai panduan untuk umat manusia, juga tanda yang jelas untuk bimbingan dan penilaian (antara benar dan salah) . Selanjutnya, sebagaimana firman Allah SWT “jika salah seorang dari kamu mencapai bulan itu, maka ia harus berpuasa.” (Al Baqarah 185).
Secara bahasa, Ramadhan berarti “membakar”. Ramadhan, berasal dari bahasa Arab yang dasar katnya katanya “Ramda”,”Ramad”, artinya semakin panas, karena panas yang terus menerus dan tanah yang menjadi semakin panas sedemikian rupa.
Jadi Ramadhan artinya “membakar”, “untuk membakar karena berjalan telanjang kaki di tanah yang hangus”. Alasan mengapa bulan suci ini disebut “Ramadhan” adalah karena ia membakar dosa. Pada bulan ramadhan, seorang muslim yang berpuasa menahan panas karena kelaparan dan haus dan panasnya puasa membakar dosa-dosa.
Ramadhan merupakan bulan ke-9 dalam kalender Islam, merupakan bulan yang paling penting dan suci bagi umat Islam. Ayat-ayat pertama Al-Qur’an diturunkan pada bulan ini. Kemudian, merupakan suatu kewajiban bagi umat muslim untuk menunaikan puasa pada bulan ini. Allah SWT memberikan lebih banyak pahala untuk ibadah dan rahmat di bulan ini.
Para fuqoha mengatakan bahwa ramadhan adalah sebuah bulan yang berlimpah dan mulia.
Tidak sulit sebenarnya tapi juga bukan hal yang mudah bahkan bagi umat muslim yang sudah menjalankannya seumur hidup. Allah SWT memang Maha Baik dan Sempurna. Telah diturunkan bulan yang mulia sebagai bonus untuk manusia yang beriman agar menjadi pribadi yang takwa pada akhirnya. Allah SWT pun tahu batas kemampuan manusia, makanya hanya satu bulan yang diwajibkan untuk berpuasa.
Setiap bulan Ramadhan, kita akan mengamalkan ibadah shalat Tarawih; shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat Isya’. Namun, ada hal yang unik pada shalat Tarawih ini. Biasanya, di awal puasa, kita pasti langsung berbondong-bondong untuk ikut menyemarakkan ibadah itu.
Semangat masih tinggi, bahkan jama’ah pun membludak hingga di luar masjid. Seperti kerinduan yang meledak. Ketika bertemu, sibuklah kita dengan persiapan yang sebaik-baiknya. Masjid penuh dengan jama’ah shalat Tarawih, tua-muda, kaya-miskin pergi tarawihan di masjid.
Minggu pertama masih bersemangat, minggu kedua mulai berkurang. Tidak cuma jama’ah wanita yang banyak halangannya, tapi juga dari jama’ah pria yang tidak ada halangan wajib bulanan pun menjadi berkurang setengahnya. Seiring bertambahnya jumlah puasa yang telah kita lakukan, entah kenapa barisan shaf jama’ah Tarawih semakin berkurang. Perhitungan yang sering saya perhatikan di sekeliling, kalau pada malam pertama sekitar 12 shaf, maka untuk malam kedua bisa menjadi 11 shaf. Dan itu akan terus meringsek naik hingga di akhir biasanya berakhir sampai 5 atau 4 shaf.
Memang Tarawih bukan shalat yang diwajibkan tapi menjadi pelengkap bulan Ramadhan. Apa salahnya menyempatkan waktu untuk shalat Tarawih yang cuma ada dibulan Ramadhan. Tahun depan belum tentu umur kita panjang dan bertemu dengan Ramadhan berikutnya.
Maka benarlah hadist yang mengatakan bahwa beribadah itu haruslah dengan pemikiran akan menjadi ibadah kita yang terakhir sehingga kita akan melakukan ibadah apapun dengan sebaik-baiknya.
Sebagian dari kita merasa bila semakin mendekati akhir ramadhan semakin terasa berat menjalankannya. bukannya semakin terbiasa. Sahur mulai sering kesiangan. Shalat subuhpun kadang kebablasan karena ketiduran. Mulai sibuk dengan persiapan mudik. Yang di kampung pun sibuk dengan persiapan menyambut keluarga yang akan datang. Sehingga tarawihan di masjid sudah ditinggalkan karena kecapean seharian di dapur menyambut Idul Fitri. Tidak ada yang salah dengan semua itu. Semua orang punya pilihan.
Semua bahkan punya alasan, bahwa kesibukan yang tidak berkurang selama Ramadhan juga termasuk ibadah. Pulang mudik untuk silaturahimpun juga ibadah. Ternyata untuk terbebas dari siksaan api neraka disepuluh hari terakhir memang tidak mudah. Bahwa ada malam yang lebih mulia dari seribu bulan pada sepuluh hari terakhir pun, tidak menjadikan kita semakin mendekat pada Lailatul Qadar. Kadang tanpa disadari, kita malah menjauhinya.
Adakah sebuah alasan khusus, kenapa ini terjadi? Mungkinkah semua wanita datang bulan semua? Atau mungkin juga bagi laki-laki, apakah karena malas atau bosan? Relakah kita melewatkan begitu saja keutaman yang terdapat dalam shalat Tarawih? Allah SWT menegaskan akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu bagi siapa saja yang melakukan shalat Tarawih dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dan ridho-Nya semata.
Bukan karena riya’ dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar amal kebaikannya oleh orang lain.
Kemudian sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (yakni sholat malam pada bulan Ramadhan) karena iman dan mengharap pahala dan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. al-Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Tidakkah kita tergiur dengan janji Allah dan Rasulullah sebutkan.
Mengingat selalu adanya godaan dikala kita menjalankan shalat Tarawih, tetapi apa saja selalu datang dari niat. Karenanya mantapkan hati dan kuatkan niat untuk menjalankan shalat Tarawih untuk beribadah mendapatkan pahala. Lalu untuk mencegah rasa malas ketika hendak menjalankan shalat Tarawih, bisa kita awali saat berbuka hindari makan terlalu banyak dan kekenyangan. Jika terlalu kenyang maka akan mengantuk. Disarankan untuk memakan takjil saja saat berbuka dan dilanjut makan besar saat sesudah Tarawih.
Sempatkan untuk tidur siang sebentar di bulan puasa. Ini akan memberikan cukup energi untuk shalat Tarawih tanpa merasa ngantuk. Saat shalat di masjid, pilihlah tempat yang sedikit jauh dari kipas angin. Terlalu dekat dengan kipas angin akan membuat kita merasa mengantuk karena semilir udara dingin.
Kemudian, hal ini juga perlu kita perhatikan. Hindari menonton acara televisi yang paling kiat sukai. Salah satu hal yang bisa membuat kita lupa dan malas untuk melaksanakan ibadah shalat Tarawih adalah menonton acara televisi.
Dan terakhir, usahakan hindari online jejaring sosial. Virus ini biasanya menyerang anak-anak muda pada umumnya. Maraknya jejaring social di dunia anak muda sudah pasti membuat mereka selalu ketagihan untuk membukanya. Jika membuka sosmed setelah waktu buka puasa maka sudah pasti kita akan terus ketagihan untuk terus mengikuti apa saja yang dibicarakan dalam media tersebut. Hindari melakukan hal ini, jangan sampai hanya gara-gara hal yang kurang penting ibadah kita menjadi terbengkalai. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.