ILMUWAN identik dengan seseorang yang memiliki keahlian di bidang tertentu, yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Tak sedikit ilmuwan yang dikenal dunia baik dari barat maupun dari timur.
Hasil penemuan mereka bukan hanya memberikan pencerahan dan manfaat yang besar bagi dunia, tapi juga ‘mencerahkan’ diri mereka sendiri. Tidak sedikit ilmuan yang kemudian menemukan kebenaran dan mendapatkan hidayah.
BACA JUGA: Kamera, Terobosan Ilmuwan Muslim untuk Dunia
Berikut ini beberapa ilmuwan yang akhirnya memeluk Islam tersebab penelitian ilmiah yang mereka lakukan:
Maurice Bucaylle
Maurice Bucaylle dikenal sebagai ilmuwan yang meneliti jasad Fir’aun. Ia merupakan ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli 1920.
Maurice Bucaylle menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam sebuah penelitian tentang mumi Fir’aun. Hasil penelitian menemukan bahwa sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi tersebut adalah petunjuk bahwa Firaun meninggal karena tenggelam.
Jasadnya yang baru dikeluarkan dari laut kemudian segera dibalsem untuk diawetkan. Namun, hasil penelitian itu mengganjal logika sang profesor. Bagaimana jasad mumi yang sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik kondisinya dibanding mumi-mumi lainnya?
Bucaylle kemudian merilis laporannya yang berjudul “Les momies des Pharaons et la midecine” (Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern).
Ia lalu mendengar bahwa Alquran sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya Firaun. Hasil penelitiannya ternyata sesuai dengan penggambaran kematian Firaun di dalam Alquran bahwa dia mati karena ditelan ombak. Kabarnya, setelah mencari riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil, Bucaylle akhirnya memutuskan untuk masuk Islam.
Ia menemui sejumlah ilmuwan autopsi Muslim dan diberitahu mengenai salah satu ayat Alquran. “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami,” bunyi Surah Yunus Ayat 92.
Ayat tersebut telah menyentuh hati Bucaylle hingga ia menjadi seorang mualaf.
Jacques Yves Costeau
Jacques-Yves Cousteau lahir di Prancis pada 11 Juni 1910. Dia adalah seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Prancis, Jacques-Yves Cousteau melakukan eksplorasi bawah laut. Dia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur dengan air laut. Seolah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Lalu, suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim dan menceritakan fenomena itu. Profesor itu teringat pada ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan pada surat Ar Rahman Ayat 19-20.
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing,” (QS Ar Rahman Ayat 19-20)
Mendengar ayat-ayat Alquran itu, Costeau kagum dan kemudian memeluk Islam hingga wafatnya pada 25 Juni 1997 di Paris.
Fidelma O’Leary
Fidelma merupakan ahli neurologi yang berasal dari Amerika Serikat. Ia mendapatkan hidayah ketika meneliti saraf otak manusia.
Saat ia melakukan penelitian, ia menemukan bahwa beberapa urat saraf di otak manusia tidak dimasuki oleh darah. Padahal, setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal.
Ia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak, kecuali ketika seseorang melakukan gerakan sujud dalam salat seperti yang dilakukan umat Muslim. Ini menunjukkan bahwa bila seseorang tidak melakukan salat, maka otak tidak dapat menerima darah yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal.
Profesor William
Majalah sains, Journal of Plant Molecular Biologies mengungkap hasil penelitian yang dilakukan tim ilmuwan Amerika Serikat. Tim meneliti suara halus yang tidak bisa didengar oleh telinga manusia.
Suara itu keluar dari tumbuhan dan peneliti merekamnya dengan alat perekam canggih. Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik diubah menjadi gelombang elektrik optik yang dapat dipantau di monitor.
Para ilmuwan ini kabarnya membawa hasil penemuan mereka ke hadapan tim peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim. Mengejutkan, getaran halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang membentuk lafadz Allah.
Ilmuwan lalu kagum dengan apa yang mereka saksikan. Peneliti muslim lalu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan terjemahanya kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.
Pada suatu kesempatan, sang profesor mengatakan bahwa dalam hidupnya, ia belum pernah menemukan fenomena semacam ini.
BACA JUGA: Iran Ungguli Israel di Bidang Riset Keilmuan
“Dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya. Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran. Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain,” ungkap William. []
SUMBER: OKEZONE