Oleh: Indra Fakhruddin Pengamat Sosial Politik Al Amri Institute
PEMANDANGAN arus mudik yang unik dinegeri yang menggelitik. Fenomena berseri di setiap jelang Hari Idul Fithri. Asap-asap knalpot menyesakkan pernafasan. Kemacetan bak ular yang lama terurai. Jalan tol bebas hambatan jadi mitos berkepanjangan. Konon tol panjang jadi alat pembunuh masal. Kedisiplinan pengguna jalan barang langka. Asal cepat biar selamat nekatpun mantap, begitu semangat empat lima pekik pemudik. Anak-anak dan perempuan dalam himpitan berjibun manusia sambil menenteng tas dan kardus yang berat, berisi buah tangan sanak saudara dikampung halaman. Panas terik keringat mengucur santapan yang harus dinikmati. Semua dilakukan demi mudik, pulang kampung.
Pulang kampung dambaan setiap orang yang merantau ditanah orang, jauh dari jengkal kampung kelahiran. Demi menyambung kehidupan hijrah pun dilakukan. Kota-kota besar tujuan menggiurkan tempat mengadu nasib. Dengan segala sumber daya yang berbeda-beda catur kehidupan dimainkan. Hidup adalah pilihan. Menurut kaca mata sederhana nasib ditentukan akumulasi kesungguhan, kebiasaan dan pilihan.
BACA JUGA: Tips bagi Ibu Hamil yang Ingin Mudik
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba. Hari raya idul fitri momentum yang ditunggu-tunggu, sejenak menengok kampung kelahiran atau sungkem kepada orang tua. Dari seluruh pelosok negeri berduyun-duyun satu tujuan menuju kampung halaman. Tak heran kota-kota besar, seperti dikuras abis menjelang hari raya. Jalanan kota yang biasanya bising oleh kemacetan hari itu sepi tak berpenghuni. Bahkan katanya buat futsal pun bisa. Saat semua mudik, kota besar menjadi lega.
***
Kembali
Mudik mengingatkan manusia bahwa segala sesuatu akan KEMBALI ketempat asal. Dunia fana ini segalanya kembali berpusat kepada Dzat Yang Maha Kuasa Pencipta dari tidak ada menjadi ada. Jagat raya beserta isi hakikatnya milik Allah Swt. Segala kenikmatan yang bisa dirasa oleh manusia berupa rizki hanyalah titipan sementara. Harta, rumah, perhiasan, anak, kendaraan, kesehatan, bahkan umur titipan semata. Adakalanya Allah Swt mengambilnya barang sementara atau bahkan selamanya.
Musibah terkadang menghadang. Itulah saat Allah swt mengambil kembali miliknya. Ingatlah ketika Allah swt berfirman:
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦
“156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (Q.S.2:156)
Yang patut untuk kita catat adalah semua musibah yang merenggut (mengambil kembali) kenikmatan banyak disebabkan karena perbuatan kita sendiri.
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ ٣٠
“30. Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”(Q.S.42:30)
Sehingga jangan sampai kenikmatan yang telah Allah anugerahkan melupakan kita kepada Sang pemilik hakiki kenikmatan tersebut. Dengan sangat mudah Allah swt sewaktu-waktu mengambil kenikmatan tersebut. Kesalahan yang diperbuat manusia berupa maksiat berdampak besar bagi kehidupan sesuai dengan tingkatan kemaksiatannya. Apabila kemaksiatan tersebut ekskalasinya besar maka dampak kerusakannya juga meluas. Kemaksiatan sistemik membawa dampak kerusakan sistemik pula.
ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ٤١
“41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S.30:41)
Perhatikan sekarang ini, penerapan demokrasi sekuler berdampak kerusakan dimana-mana. Wajah pemerintahan tercoreng dengan perilaku politikusnya yang korup, tidak amanah, kebijakannya mencekik rakyat. Tata sosial yang amburadul dengan kriminalitas yang membumbung. Pendidikan compang camping. Kesehatan yang kronis. Harga diri bangsa dijual ke penjajah. Penegak hukumnya makin terganjal hukum. Saling memakan antar institusi penegak hukum. Jeruji besi penuh dengan penegak hukum. Hingga hukum sudah tidak kuat tegak lagi (loyo).
Mudik Akhirat
Mudik juga mengingatkan kita, bahwa kita semua akan kembali ketempat akhir muara manusia yaitu kampung akhirat. Bila ajal telah tiba tak kuasa manusia berkat-kata. Semua manusia akan kembali keharibaannya. Digiring satu persatu tanpa ada yang terselip barang satupun.
هُوَ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن طِينٍ ثُمَّ قَضَىٰٓ أَجَلًا ۖ وَأَجَلٌ مُّسَمًّى عِندَهُۥ ۖ ثُمَّ أَنتُمْ تَمْتَرُونَ ٢
“2. Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).(Q.S.6:2)
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ ٱلْمَوْتِ بِٱلْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ ١٩
“19. Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”(Q.S.50:19)
Oleh-Oleh
Mudik ke akhirat tak mengenal waktu dan usia. Tidak ada pengumuman terlebih dahulu. Tidak harus sakit, tidak menunggu tua renta. Kapanpun dimanapun bila ajal tiba. Maka saat itulah malaikat datang menjemput.
Jika demikian, kematian bukan suatu yang perlu ditakutkan. Yang perlu dipersiapkan adalah bekal atau ‘oleh-oleh’ yang harus kita bawa untuk perjaalanan akhirat yang panjang dan tak bertepi. Apa bekal terbaik yang harus kita bawa? Ya, Ketaqwaan adalah bekal terbaik. Karena ketaqwaan adalah predikat terbaik manusia.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ ١٨
“18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S.59:18)
ۗ وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ١٩٧
“197. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (Q.S.2:197)
Salah satu wasilah yang Allah swt berikan kepada manusia dalam merajut ketaqwaan adalah puasa ramadlan (QS. Al-Baqarah : 183). Maka sudah seyogyanya kita bersikeras lulus sebagai alumni ramadlan mendapat gelar taqwa.
BACA JUGA: Selain Indonesia, Mudik Lebaran pun Ada di 5 Negara Ini
Pastikan perjalanan mudik kita aman dan selamat sampai tujuan. Hidup bukan barang mainan yang dihabiskan untuk mainan. Hidup adalah pertanggungjawaban yang besar. Berbekallah dengan taqwa. Pakailah sabuk pengaman. Sebaik-baik ‘sabuk pengaman’ adalah iman. Berhati -hatilah di jalan kehidupan. Tengok kanan dan kiri. Tengoklah mana yang halal dan haram. Kenalilah petunjuk jalan. Al-Quran dan As-Sunnah sebaik-baik dan sejelas petunjuk jalan. Sampai jumpa semoga kita ketemu di surgaNya. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.