Oleh : Bidadari_Azzam
Kontributor Islampos di Malaysia
DARI Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah Muhammad SAW memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda, “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah SWT mewajibkan kepadamu puasa di dalamnya; pada bulan ini pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan para setan diikat; juga terdapat dalam bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikannya, maka ia tidak memperoleh apa-apa.” [HR. Ahmad dan an-Nasa`i].
Selanjunya amal kebaikan dalam bulan Ramadhan yang utama salah satunya adalah membaca al-Qur`an. Membaca al-Qur`an (dengan meresapi makna ayat-ayatNya) sangat dianjurkan bagi setiap muslim di setiap waktu, berlipat ganda ganjaranNya pada bulan mulia ini. Rasulullah Muhammad SAW bersabda: “Bacalah al-Qur`an, sesungguhnya ia datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at bagi ahlinya (yaitu, orang yang membaca, mempelajari dan mengamalkannya).” [HR. Muslim].
BACA JUGA: Ironi Pasca Ramadhan
Selamat datang yaa ramadhan, marhaban yaa syahrul qur’an… Firman Allah SWT: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS: al Baqarah:185)
Gema ramadhan terdengar di segala penjuru bumi. Saudara-saudari nan sadar akan makna indah di bulan penempaan diri ini, tak ingin melewatkan ramadhan dengan sia-sia. Mereka berlomba-lomba dalam meraup trilyunan kebajikan agar Allah SWT kian memberkahi usia dan meridhoi langkah perjalanan hidup. Tampak jelas sikap yang sadar akan pentingnya empati dan gemar berbagi sebagai aplikasi nyata mencintai Rabbul izzati.
Sebutir kurma, seteguk air, atau hanya secuil roti pun yang kita berikan dengan keikhlasan, tak luput dari ganjaran pahalaNya yang besar, yang berlipat ganda spesial pada bulan ramadhan. Subhanalloh walhamdulillah. Lantas, kenapa tetap ada sebagian dari kita yang masih melakukan aktivitas hampa dengan melakukan kehebohan yang keliru di bulan suci? Kehebohan tersebut yang seharusnya kita hindari antara lain adalah sebagai berikut :
- Sengaja mengatur diri dengan tidur sepanjang siang, dan ‘begadang’ sepanjang malam. Dengan melakukan ini sesungguhnya ibarat mengkonversi jam biologi tubuh seperti para petugas penjaga malam, yang bukan tujuan puasa.
- Sengaja menggunakan alasan, “kan sekarang puasa, Pak/bu…” jika melayani urusan amanah pekerjaan di kantor. Jadi memang sudah direncanakan, “Horeeee sebulan ramadhan, kerjaan bisa dikesampingkan, malas-malasan!” Na’udzubillahi minzaliik… Sedangkan saudara-saudari kita di Eropa tidak ada pengurangan jam kerja, bahkan eid saja harus sengaja mengambil cuti, kualitas kerja mereka tetap terjaga bahkan lebih produktif saat puasa. Seharusnya kita bermalu diri jika tinggal di wilayah mayoritas muslim, namun mengidentikkan puasa ramadhan dengan ‘kerjaan lebih santai’ dan malas-malasan.
- Bagi sebagian besar kita yang ingin menyenangkan anak-anak, hebohnya ramadhan biasanya memperbolehkan anak main game sepanjang hari. “Supaya anak gak berasa laparnya…” salah satu alasan sedemikian terdengar semu. Padahal justru anak harus memahami tentang rasa lapar dan dahaga yang dihiasi dengan kesabaran menanti berbuka puasa. Karena anak-anak lain saudara-saudarinya di banyak belahan dunia, mengalami kelaparan dan dahaga tidak di bulan ini saja, melainkan di sepanjang tahun dengan raga hanya tulang berbalut kulit. Ketika anak-anak telah berempati, mereka akan sangat menghargai makanan, minuman, dan menghiasi hati dengan rasa syukur saat menikmatinya. Anak-anak perlu kita ajak ‘menyenangkan’ Allah ta’ala dengan meningkatkan hafalan quran bareng misalnya. Permainan edukasi dan kreativitas orang tua dan anak pun dapat berkembang pesat di bulan rahmat ini.
- Berlama-lama di dapur karena hebohnya menyusun menu sahur dan buat berbuka puasa. Padahal seharusnya kegiatan menyiapkan makanan tak menghabiskan banyak waktu, rasulullah SAW tidak pernah berlebih-lebihan. Makanlah sesuatu yang disiapkan dengan ringan dan cepat. Keluarga islami yang telah menerapkan hal ini, mengungkapkan bahwa biasanya hanya perlu maksimal dua puluh menit ketika berada di dapur. Kurma dan air putih paling cepat dipersiapkan. Beda dengan kebanyakan orang Indonesia yang berjam-jam menyiapkan kolak, jenis-jenis es dan jus, serta kue-kue jajanan pasar lainnya dengan alasan agar lebih semarak, padahal sering ujungnya terjadi sikap membuang-buang sisa makanan yang banyak. Lapar mata adalah penyakit berbahaya yang mudah terjangkit saat berpuasa. Padahal dengan memudahkan persiapan dapur, suami istri dapat lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersama meningkatkan ibadah khusus agar lebih dekat kepada cintaNya.
- Heboh mudik, terutama di masa terpenting 10 hari terakhir ramadhan! Apalagi di Indonesia, banyak yang rela menginap dan antrian di terminal atau stasiun, padahal seharusnya beriktikaf di masjid. Persiapan iedul fitri dilakukan dengan rebutan tiket mudik dan melewatkan sebuah anugerah, astaghfirrulloh sungguh rugi. Sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan adalah berada di antara 10 malam terakhir. “Don’t miss it!” seharusnya itu kita tekadkan dalam qolbu.
- Basa- basi berlebihan setelah taraweh, kehebohan ini banyak terjadi di kompleks-kompleks perumahan, juga di kampung-kampung. Ujung-ujungnya begadang usai taraweh, padahal raga harus istirahat. Tubuh kita punya hak untuk sehat, bersosialisasi hendaknya tidak menzalimi waktu rehat, menjaga stamina kala ramadhan amat penting.
- Menganggap ramadhan sebagai bulan “shopping” dan makan-makan sepanjang malam. Kehebohan ini banyak terjadi di kalangan jutawan Arab. Pasca magrib, di mal-mal besar mereka berkumpul keluarga atau dengan teman-teman. Sepanjang malam itu dihiasi dengan makan-makan di bermacam restoran megah dan belanja barang-barang mewah dengan ‘merk-merk mahal Amerika atau Eropa’. Khusus mata hati yang telah tertutup, jika ada yang memberi tausiyah, “Mari bertaraweh, mari ke masjid…” maka mereka menjawab, “Hey, anda orang mana, bangsa mana? Bahasa Arab aja gak lancar, jangan berani-berani ngasih nasehat buat kita…” Hal itu terjadi pula di Krakow tahun lalu.
- Eid tidak memerlukan banyak persiapan. Jangan jatuh ke dalam perangkap ini! Keep it simple, sediakan sebuah waktu luang untuk membeli grosiran hadiah atau memanfaatkan jasa teman-teman yang (dipercayai) berbisnis hidangan pesan-antar. Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk kian belajar mengatur jadwal bagi kita semua, mari kita minimalkan kegiatan yang kurang bermanfaat. Siasati dengan mendengarkan tilawah quran seraya menghafalnya ketika terjebak macet di jalan. Inti dari peningkatan kualitas diri saat ini adalah mencintai segala aktivitas yg diridhoiNya dan menjauhi segala hal yg dimurkaiNya, sehingga kita harus menghindari kemubaziran dan kesia-siaan. Banyak orang mementingkan penampilan rumah dengan cat baru, hiasan interior yang baru dan mutakhir, memesan pakaian khusus untuk dipamerkan di hari raya, dan sejenisnya. Apakah rasulullah SAW dan para sahabat mempersiapkan eid sedemikian? Penting mana dengan persiapan bantuan zakat, infaq dan sedekah buat fakir miskin?
BACA JUGA:Detik-detik Ramadhan Akan Meninggalkan Kita, Apa yang Harus kita Lakukan?
Beberapa tahun lalu, pasti kehebohan itu hadir di tengah kita, namun jadikanlah ramadhan ini sebagai ramadhan terbaik, belum tentu kita menjumpai bulan mulia di tahun depan. Sehingga, mari kita jauhi kehebohan yang keliru, supaya aktivitas ramadhan makin bermakna. Agar pantaslah kita berada dalam golongan orang-orang shaleh nan bertakwa dan berada dalam kecintaan Allahu ta’ala. Allah SWT telah memberkati kita dengan mengizinkan jiwa raga ini bersua tamu terindah, Ramadhan, maka saatnya kita membuktikan bakti sebagai hamba yang lemah~yang hanya berharap belas kasih &rahmatNya, barokalloh insya Allah! []
(11 Ramadhan 1434h, @bidadari_azzam in Salmiya Kuwait)
*Penulis adalah ananda dari bapak H. Muhammad Holdoun Syamsuri TM Moorsid dan ibunda Hj. Sahla binti H. Majid, kelahiran Palembang 19 Juni 1983, blogger sejak 2007, mantan pelajar berprestasi Indonesia. Ia merupakan supporter setia suami saat bertugas menyelesaikan projek IT SAP di berbagai negara, pembimbing para muallaf dengan aktif sebagai koordinator muslimah di Islamic-Centre Krakow, Poland. Sarjana Ilmu Komunikasi, ibu tiga jagoan, sahabat dan pengamat TKI yang juga bisa berbahasa Polish dan sedikit bahasa Arab. Buku karyanya antara lain Catatan CintaNya di Krakow, Antologi “Indahnya Persahabatan” (2012), Sajak Mengeja Masa (Kumpulan Puisi)~2013. Silaturrahim di :Twitter ID : @bidadari_azzam, FB akun : Sry Bidadari Azzam Dua