BEBERAPA bulan ini hampir seluruh wilayah Indonesia setiap hari diguyur hujan. Hujan adalah ciptaan Allah, tak seorang pun yang mampu mendatangkan hujan sebagaimana Allah mendatangkan hujan. Sebab Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fushshilat : 39).
Hujan adalah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah pernah bersabda, “Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: bertemunya dua pasukan, menjelang shalat dilaksanakan, dan saat hujan turun” (HR Baihaqi’). Bahkan Rasulullah pernah berdoa, “Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan” (HR Bukhari).
Karena itu, jika kemarau dirasakan terlalu panjang hingga kekeringan, maka kaum Muslimin dianjurkan melaksanakan shalat Istisqa, meminta hujan kepada Allah Sang Pencipta kemarau dan hujan. Sebab fenomena kemarau dan hujan adalah dua tanda-tanda kekuasaan Allah untuk menjadi renungan bagi manusia. Sebelum melaksanakan shalat Istisqa, dianjurkan untuk berpuasa, bersedekah, dan bertobat.
Dalam perspektif teologis, musim kemarau maupun hujan adalah bagian dari peringatan dan teguran dari Allah bagi manusia. Dari Aisyah berkata, apabila Rasulullah melihat mendung atau angin (kencang) terlihat (perubahan) di wajahnya, lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah, aku lihat manusia bergembira ketika melihat mendung karena berharap akan turun hujan, tetapi aku lihat engkau ketika melihatnya (mendung), aku mengetahui dari wajahmu engkau tidak menyukainya.”
Lalu Rasulullah bersabda: “Wahai Aisyah, tidak ada yang memberi keamanan akan datangnya azab (kecuali Allah) yang telah mengazab suatu kaum dengan angin (kencang), padahal kaum tersebut melihat azab itu lalu mereka mengatakan: ‘Ini hanya mendung yang akan menurunkan hujan kepada kami’ (padahal itu adalah azab Allah). (HR Bukhari dan Muslim).
Peringatan dan teguran Allah kepada manusia berkaitan erat dengan perilaku manusia dalam menyikapi kehidupan, alam dan sesama manusia. Terhadap alam dan lingkungan, manusia terbukti telah melakukan berbagai kerusakan. Manusia telah melakukan berbagai eksplorasi bumi dan hutan hingga merusak keseimbangan alam yang telah Allah atur keseimbangannya secara sistemis.
Kesalahan dan perusakan lingkungan demi keuntungan duniawi akan mendatangkan bencana bagi manusia itu sendiri. Ketidakseimbangan lingkungan alam akan mendatangkan kekeringan jika musim kemarau, dan akan mendatangkan banjir dan tanah longsor saat musim hujan. []
Sumber: Republika