Oleh: Fatimah Azzahra, zahraluvtheearth@gmail.com
Tinggal di Bandung
GOBLIN akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan remaja pecinta drama korea. Bahkan dikatakan mereka sampai tergoblinisasi saking cintanya pada drama korea ini. Dimainkan oleh para actor dan aktris yang ganteng dan cantik, drama ini pun bisa dibilang sukses mengambil hati para penontonnya, termasuk di Indonesia. Walaupun jalan ceritanya tak masuk diakal dan jauh dari kenyataan. Sampai-sampai ada yang mengedit foto walikota bandung dan menyamakannya dengan sang goblin.
Memang drama, musik, bahkan food dan fashion korea kini sudah merasuk ke dalam kehidupan para remaja di Indonesia, termasuk muslimahnya. Tidak ada yang salah dengan menonton drama, mendengarkan musiknya, memakan makanannya atau mengikuti fashionnya, selama semuanya itu masih dalam koridor hukum Islam.
Sayangnya, yang terjadi justru lebih kepada fanatisme mencintai korea. Sehingga banyak dijumpai muslimah yang lebih memilih nonton drama dibandingkan harus mengaji, belajar, atau membantu orangtuanya. Juga banyak dijumpai muslimah yang lebih banyak hapal judul film, lirik lagu dibandingkan Al Qur’an dan hadist.
Banyak juga yang tidak peduli kepada komposisi makanan korea, tak peduli lagi halal dan haramnya, yang penting bisa makan makanan korea. Dan, banyak sekali yang berpakaian tapi telajang saat ini, karena ingin menyesuaikan fashionnya dengan para artis korea. Sampai-sampai gaya hidup operasi plastik yang biasa dilakukan di korea mulai diadopsi oleh orang Indonesia.
Inilah yang terjadi jika kita salah memilih kiblat, salah memilih prioritas. Apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan menjadi tidak jelas. Celakanya, banyak yang tak mau ambil pusing dan akhirnya melakukan semuanya tanpa menyaring dulu.
Sebagai muslimah, Allah menurunkan agama islam bukan sebagai agama yang cuek terhadap semua aktivitas. Islam mengatur bagaimana hubungan antara manusia dengan dirinya dalam ranah makan, minum, pakaian, dan akhlaq. Aturan ini ada bukan untuk membebani kita, tapi ini tanda cinta Allah kepada kita. Sebagaimana adanya aturan lalu lintas untuk mengamankan dan membuat lancar jalan.
Islam memandang hukum menonton dan mendengarkan musik adalah mubah alias boleh. Walaupun ada sebagian kalangan yang mengharamkan musik. Hanya saja perlu diperhatikan apa yang kita tonton dan dengar, dan kapan kita menonton atau mendengarkannya.
Ketika kemubahan ini justru membuat kita lalai dengan yang wajib, maka kita pun jadi berdosa. Jangan mau dikendalikan oleh jadwal film atau acara di tv. Kitalah yang harus mengendalikan diri, kapan waktunya untuk menonton atau mendengarkan musik.
Sementara dalam hal makanan, sebagai muslim, kita terikat pada halal dan haram. Hanya sedikit hal yang haram yang Allah ciptakan di bumi, hanya saja ketika yang sedikit itu dicampurkan kepada yang halal maka kita tetap tidak bisa memakannya.
Keterikatan kita terhadap hukum Islam di dunia selintas mungkin terkesan ribet. Tapi, inilah yang akan menyelamatkan kita di akhirat nanti. Sebagai muslimah yang percaya akan adanya hari lain setelah kehidupan dunia ini, hari pembalasan. Sudah selayaknya kita mau berkorban untuk berusaha dengan sungguh-sungguh melakukan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang. Karena kesungguhan dan keoptimalan usaha kita di dunia akan mendapatkan balasan dari Allah swt di akhirat kelak.
Maukah kita menjual kehidupan dunia kita yang sementara ini dengan surganya Allah yang kekal abadi? Untuk itu, mari kita mulai menata diri, segera bersungguh-sungguh dalam meletakkan prioritas. Memilih kegiatan apa yang lebih Allah sukai. Dan rela untuk meninggalkan kegiatan yang tidak Allah sukai. Semoga Allah membalas kita dengan surga yang abadi. Wallahu’alam bish shawab. []