NABI Muhammad SAW diketahui menikahi Aisyah ra. Pada bulan Syawal. Hadis yang menyebutkan hal tersebut juga menjadi acuan bagi umat muslim, sehingga bulan Syawal menjadi bulan yang seringkali diisi dengan acara walimah.
Nah, bagaimana sebenarnya kisah pernikahan nabi Muhammad SAW dan Aisyah binti Abu Bakar? Siapa sosok sahabat yang terlibat dalam ‘kisah’ mereka? Berikut ini kilasannya.
Aisyah ra. menuturkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Aku bermimpi selama tiga malam. Malaikat datang kepadaku dengan membawa gambarmu dalam sepotong kain sutra seraya berkata, ‘Inilah istrimu.’ Lalu, aku buka kain penutup wajahmu, ternyata itu adalah gambarmu. Saat itu aku bergumam, jika ini kehendak Allah, maka pasti terlaksana.” (Muttafaq ‘alaih)
BACA JUGA: Nabi Muhammad SAW Tidak Menikahi Perawan Selain Aisyah
Ibnu Abu Mulaikah menyatakan bahwa Aisyah ra. berkata bahwa Jibril datang kepada Nabi saw. (dalam mimpi) dengan membawa gambarnya dalam sepotong kain sutra hijau seraya berkata, “Inilah istrimu di dunia dan akhirat.” (HR. Tirmidzi)
Aisyah ra. berkata, “Setelah Khadijah ra. meninggal dunia, Khaulah binti Hakim bin Al-Auqash, istri Utsman bin Mazh’un, berkata kepada Rasulullah saw. (saat itu masih di Makkah), “Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak ingin lagi?” Rasulullah saw. balik bertanya, “Dengan siapa?” Khaulah menjawab, “Terserah kepadamu, apakah engkau mau menikah dengan seorang gadis atau seorang janda?” Beliau bertanya lebih jauh, “Jika gadis, siapa orangnya?” Khaulah menjawab, “Putri orang yang paling engkau cintai, Aisyah binti Abu Bakar.” Beliau bertanya lagi, “Jika janda, siapa orangnya?” Khaulah menjawab, “Saudah binti Zam’ah. la telah beriman kepadamu dan mengikuti ajaran agamamu.” Rasulullah saw. berkata, “Kalau begitu, pergilah dan sampaikan pinanganku kepada mereka berdua.” Khaulah inilah yang menjadi jembatan pernikahan Rasulullah dengan Aisyah kala itu.
Khaulah segera pergi menuju rumah Abu Bakar. Di sana, ia disambut oleh Ummu Ruman, ibu kandung Aisyah ra. seraya berkata, “Wahai Ummu Ruman, sungguh besar kebaikan dan berkah yang dilimpahkan Allah kepada kalian. Rasulullah saw. mengutusku untuk menyampaikan pinangannya kepada Aisyah!” Ummu Ruman terperanjat, ia segera menjawab, “Aku senang sekali mendengarnya. Tapi, tunggulah Abu Bakar, sebentar lagi dia akan datang.”
Setelah Abu Bakar datang, Khaulah berkata, “Wahai Abu Bakar, sungguh besar kebaikan dan berkah yang dilimpahkan Allah kepada kalian. Rasulullah saw. mengutusku untuk menyampaikan pinangannya kepada Aisyah!”
Abu Bakar tidak kalah terperanjat seraya berkata, “Apakah Aisyah boleh menikah dengannya. Bukankah dia putri saudaranya sendiri?” Khaulah segera menemui Nabi saw. untuk menyampaikan pertanyaan Abu Bakar. Rasulullah saw. berkata, “Temui kembali Abu Bakar dan katakan jawabanku kepadanya, Engkau adalah saudaraku dalam Islam. Aku tetap menjadi saudaramu. Putrimu boleh menikah denganku.”
Khaulah menyampaikan jawaban Rasulullah saw. tersebut kepada Abu Bakar. Setelah semuanya jelas, Abu Bakar berkata, “Mintalah Rasulullah saw. datang kemari.” Setelah Rasulullah saw. datang, maka Abu Bakar langsung menikahkan putrinya kepada beliau. Saat itu aku (Aisyah) baru berusia 6 tahun.”
Imam Adz-Dzahabi berkata, ” pernikahan Rasulullah dengan Aisyah berlangsung setelah Khadijah ra. wafat. Beliau menikah dengan Aisyah dan Saudah dalam waktu yang bersamaan, namun serumah dengan Saudah lebih dulu selama tiga tahun, kemudian baru serumah dengan Aisyah pada bulan Syawwal setelah peristiwa Perang Badar. Rasulullah saw. tidak pernah menikah dengan seorang gadis perawan selain Aisyah ra.”
BACA JUGA: 10 Kemuliaan Aisyah yang Perlu Anda Ketahui
Jadi, keputusan pernikahan Rasulullah dengan Aisyah didasarkan kepada petunjuk wahyu. Salah seorang yang membantu menjembatani terjadinya ‘perjodohan’ antara Nabi Muhammad SAW dan Aisyah adalah Khaulah binti Hakim. Dia adalah seorang wanita terpandang dan matang yang sangat mengerti bahwa keluarga Rasulullah saw. membutuhkan sosok wanita yang dapat mengisi kekosongan dan menutup celahnya dengan kelembutan, cinta dan kasih sayang. Dan, berkat pengalamannya yang cukup matang, pandangannya yang tajam dan keimanannya yang mendalam, Khaulah dapat memahami kondisi kejiwaan, sosial dan waktu yang mengitari kehidupan sang Nabi, sehingga setelah mempertimbangkan dan berpikir lebih jauh, ia pun menawarkan pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ra. []
SUMBER: ALHANIFA