JIKA kesulitan hidup membelitku, berbagai masalah menghadang
dan ketidaknyamanan mendera hari-hariku..
Hingga terasa sesak dadaku, lelah hatiku dan berputar kepalaku
Hingga rintihan terucap diiringi genangan air di pelupuk mata
Maka kembali kulayangkan ingatan pada saudara-saudaraku seiman di belahan bumi lainnya…
BACA JUGA: Begitu Dekatnya Kematian
Di mana pun mereka berada
Mungkin di tempat-tempat gelap nan kumuh
Atau di pojok reruntuhan bangunan entah
Kedinginan dan kepanasan
Kelaparan dan kehausan
Kehilangan orang-orang tersayang
Sementara iman mereka masih melekat
Kesabaran mereka makin menguat
Kesyukuran mereka tak jua pudar
Perjuangan mereka kian teguh
Di situ aku merasa kerdil
Malu pun melumuri jiwa yang kerap mengeluh
Mestinya airmata tak pantas turun
Meski demikian beban di dada terasa lebih ringan, hati seolah meluas, pikiran mulai jernih…
Sebab tersadar bahwa kesusahanku ternyata bukan apa-apa, tak seberapa dan belum layak disebut musibah.
BACA JUGA: Sikap Kita terhadap Ilmu dari Barat
Kecuali bila imanku lenyap, kesabaran habis serta rasa syukur menipis. Maka itulah sebenar-benarnya musibah yang harus dan perlu kutangisi.
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan musibah yang menimpa kami dalam urusan agama kami, dan jangan pula Engkau jadikan (harta dan kemewahan) dunia sebagai cita-cita kami yang paling besar, dan tujuan utama dari ilmu yang kami miliki.” (HR. At-tirmidzi, An-nasa’i) []
vi3nzz, 08032016
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word