TAK ada yang sukar jika bersama
Anak-anak pun biasa paham kalau bersama itu membuat masalah jadi mudah. Itulah yang mereka lakukan ketika muncul gagasan belajar bersama. PR yang mungkin terasa sulit jika dikerjakan sendiri menjadi terasa mudah. Begitu pun ketika mereka ingin membeli bola yang mungkin mahal buat ukuran kantong sendiri. Tapi, menjadi mudah jika patungan bersama. Karena di situlah ada proses berbagi karya dan rasa.
BACA JUGA: Jangan Mau Dimakan Srigala (1)
Boleh jadi, tak ada kegiatan manusia yang lebih sulit melebihi dakwah. Dari situlah kesibukan turunan muncul: masalah mental, kekuatan dana, strategi, bahkan juga pertahanan. Itulah mungkin, kenapa Allah SWT selalu memerintahkan berdakwah dengan cara bersama.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 104. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Kesalehan, kecerdasan, dan kekuatan secara pribadi saja belum cukup dalm mengarungi tugas-tugas kehidupan. Kebersamaan menjadikan yang susah menjadi lebih mudah.
Kebersamaan itu menyehatkan
Ini mungkin yang terasa lain. Karena jarang orang menyadari adanya nikmat sehat dalam suasana kebersamaan.
Kebersamaan mengondisikan bahkan memaksa individu untuk berinteraksi satu sama lain. Dari interaksi itulah ada unsur gerak. Mulai dari gerak fisik seperti panca indera dan kaki, hingga pada gerak otak dan batin.
Selain gerak, kebersamaan juga membuat individu melakukan kegiatan berbagi. Inilah olahrasa yang sangat efektif. Mungkin, ketika sendiri, seseorang merasakan kalau dialah yang paling patut bersedih. Tetapi ketika terjadi kontak rasa, ternyata ada yang jauh lebih patut untuk bersedih ketimbang dirinya.
BACA JUGA: Serigala yang Dipenjara
Terapi ini dipakai negara-negara maju teknologi seperti Amerika dan Eropa untuk mengobati pasien yang sakit batin. Bisa frustasi, stress dan mengalami kekecewaan yang parah. Caranya mudah. Pasien dikumpulkan dalam sebuah kumpulan. Mereka bertemu secara rutin dalam bimbingan seorang dokter. Tak ada yang dilakukan sang dokter, kecuali mengarahkan peserta untuk saling bercerita dan mendengarkan pengalaman masing-masing. Dan ternyata, terapi ini bisa menyembuhkan. []
Sumber: Majalah Saksi/Jakarta