SETELAH masa vakumnya wahyu, Jibril datang kembali kepada Rasulullah SAW dengan membawa wahyu. Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwasanya di mendengar Rasulullah SAW menceritakan tentang masa vakum itu, beliau bertutur, “Ketika aku tengah berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari arah langit, lalu aku mendongakkan pandangan kearah langit, tenyata malaikat yang mendatangiku ketika di gua Hira’ kini duduk di atas kursi di antara langit dan bumi. Aku pun terkejut karenanya sehingga aku pun tersungkur ke bumi. Kemudian aku pulang kepada keluargaku sembari berkata, ‘Selimuti aku! Selimuti aku!’ Lantas mereka menyelimutiku, maka Allah SWT berfirman.
‘Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah.’ (Al-Mudatsir: 1-5)
BACA JUGA: Shalat Tahajjud, Ini Tata Cara Waktunya
Ayat tersebut merupakan permualaan dari masa kerasulan beliau SAW. Datang setelah masa kenabian yang berjarak rentang masa vakum turunnya wahyu. Ayat-ayat tersebut mengandung dua jenis taklif beserta penjelasan dan konsekuensinya.
Seakan-akan dikatakan kepada beliau SAW, “Sesungguhnya orang yang hanya hidup untuk kepentingan dirinya saja, bisa saja hidup tenang dan nyaman sedangkan engkau yang memikul beban yang besar ini, bagaimana mungkin engkau tidur? Bagaimana mungkin engkau istirahat.
“Bagaimana mungkin engkau menikmati permadani yang hangat? Hidup yang tenang dan ketengan yang membuaikan? Bangkitlah untuk melakukan urusan maha penting yang sedang menunggumu dan beban berat yang dipersiapkan untukmu! Bangkitlah untuk berjuang, bergiat-giat, bekerja keras dan berletih-letih! bangkitlah! Karena waktu tidur dan istirahat sudah berlalu, dan sejak hari ini tidak akan kembali lagi. Yang ada hanyalah mata bergadang terus menerus, perjuangan yang panjang dan melelahkan. Bangkitlah! Persiapkan diri menyambut urusan ini!”
BACA JUGA: Nabi dan Buah Anggur Pemberian Lelaki Miskin
Maka bangkitlah Rasulullah SAW menyampaikan dakwah dan terus melakukan setelah datangnya perintah itu selam lebih dari dua puluh tahun, tanpa sempat beristirahat amupun menikmati hidup untuk dirinya dan keluarganya. Lembaran-lembaran selanjtnya tidak lebih dari sekadar miniatur sederhana dari perjuangan panjang beliau yang melelahkan sepanjang kurun waktu tersebut. []