MENANG dan kalah dalam perjuangan adalah hal yang biasa.
Yang terpenting dalam menyikapi sebuah kompetisi adalah bagaimana kita berakhlak ketika menang dan ketika kalah.
Yang kalah bukan artinya tidak bisa berkontribusi untuk negeri tercinta dan yang menang jangan arogan, karena setiap kepemimpinan akan diminta pertanggung jawabannya di dunia dan di akhirat.
Bagi yang kalah, maka hikmahnya adalah Allah selamatkan dari bahayanya jabatan, karena jabatan itu adalah kekecewaan dan penyesalan kecuali mereka yang mengambilnya dengan benar dan menjalankannya dengan benar.
Bagi yang menang, ini adalah kesempatan untuk melayani, karena hakikat kepemimpinan adalah melayani bukan di layani.
Diceritakan dalam sebuah riwayat berikut ini:
Yahya bin Aktsam berkata, “Pada suatu malam aku menginap di rumah Amirulmukminin al-Makmun. Aku terbangun di tengah malam karena rasa haus yang sangat, maka aku pun bangkit (mencari air). Tiba-tiba Amirul mukminin berkata, “Wahai Yahya, apa gerangan yang terjadi?” Aku menjawab, “Demi Allah, aku sangat haus wahai Amirulmukminin.”
Lalu, Khalifah Makmun bangun seraya membawa seteko air untukku. Aku berkata, “Wahai Amirul mukminin, mengapa tidak kau suruh pembantu atau budak saja?” Beliau menjawab, “Tidak.” Karena bapakku meriwayatkan hadis dari bapaknya dan dari kakeknya dari Uqbah bin ‘Amir ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, *‘Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka*.’” (HR Ibnu Asakir, Abu Nu’aim). []
Faisal Kunhi
Imam Masjid Sirothol Mustaqim, Ansan Korea Selatan
Gontor ,
S1 UIN Syarif Hidatatullah Jakarta, S2 : Institut Ilmu AlQuran
*#Share berkahnya ilmu*
*#Join channel Telegram:*
https://t.me/joinchat/AAAAAERt3deogV8PX4M0Qg untuk mendapatkan tulisan saya setiap hari