Oleh: Diarisma Wibowo, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Menjadi ketua umum Komunitas Penulis Anak Kampus (KOMPAK).
INI adalah kisah tentang seorang gadis yang menjalani kehidupan dengan caranya sendiri. Menikmati apa pun yang diperbuat, tanpa berpikir akan akhir perjalanan. Tidak ada yang tahu sampai kapan nikmat dari kesalahan itu berakhir. Hingga suatu hari, Allah memberikan apa yang pantas ia dapatkan. Hal itu menjadikanku sebagai sahabat yang tidak berguna. Membiarkan jatuh, tanpa sedikit pun berusaha untuk menggenggam tangannya.
Nila namaya. Dia adalah seorang gadis yang memiliki wajah cukup cantik. Setiap melewati atau berpapasan dengan lawan jenis, tidak jarang dari mereka tertarik dan inginnya menggoda dengan cara mereka masing-masing. Ia juga mahasiswi di salah satu unversitas cukup ternama di kotaku.
BACA JUGA:Â Dimana Kain Kafanku?
Kehidupannya sederhana, setiap hari Nila menghabiskan waktu bersama teman-teman, ke kampus, nogkrong, jalan-jalan dan bermain. Semua itu dilaluinya dengan sangat bahagia. Nila juga memiliki beberapa teman laki-laki dengan status yang tidak pernah diperjelas pastinya. Dia memang lebih suka hidup tanpa ikatan. maka dengan sepeti itu Nila bisa leluasa untuk pergi atau melakukan apapun yang dia mau. Gaya hidupnya mengikuti kemajuan zaman dan temen-temannya. Mulai dari fashion, style dan kebiasaan.
Hari ini aku kembali dibuat cemberut dan kesal oleh Nila. Ingin sekali rasanya aku memakinya. Tapi lagi-lagi semua itu harus kutelan mentah-mentah. Mengingat, bahwa aku hanyalah sekadar teman dan tidak inginkan perdebatan seperti yang lalu-lalu harus terulang.
Nila baru saja berkenalan dengan seorang pria melalui media sosial. Katanya, si pria memuji dan memberikan kata-kata romantis pada foto yang baru saja dia pajang di beranda facebook. Ya, itu memang sudah menjadi kegemaran Nila. Selalu suka berfoto-foto ala anak alay, dengan sedikit bumbu editan pada aplikasi di handphone-nya.
Yang membuat aku geram, Nila mau saja diajak ketemuan dengan pria itu. Tanpa berpikir dan meminta saranku, dia langsung bergegas dan pergi keluar kampus. “Ya ampun, Nila,” gumanku ketika Nila telah habis dilahap angin.
Ke esokan harinya. Ketika aku sedang asyik membaca buku dikamar, aku dikejutkan oleh kedatangan Nila yang tiba-tiba sudah ada di sampingku. Dia bercerita banyak tentang lelaki yang baru kemarin dikenalnya. Katanya, mereka pergi ke salah satu tempat wisata di kota sebelah dan menikmati setiap inci dari keindahan alam. Pergi ke sana-kemari, membeli ini dan itu.
Tidakkah kalian bayangkan. Seorang gadis yang seharusnya menjaga setiap detail dari apa yang ia miliki, malah membiarkan dirinya dibawa oleh lelaki yang baru saja ia kenal sampai ke tempat sejauh itu. Tapi apa dayaku, berkali-kali aku berusaha menasehati dan mengingatkannya tentang kebiasaan itu, berkali-kali juga semua kata-kataku ditangkisnya dengan kesal. Sampai di situ kami hanya akan menelan perselisihan, diam dan tidak ada obrolan lagi. Aku sudah putus asa, lelah dan merasa tidak memiliki daya pada tabiatnya.
BACA JUGA:Â Selfie Menurut Kacamata Fiqh
“Pada nama yang selalu aku kenang. Pada nisan yang kini aku genggam. Andai, sedikit saja waktu memberikanku kesempatan. Mungkin kau masih ada di sini. Menemaniku dalam tawa dan kita bermandikan daun-daun pinus seperti dahulu.”
Hari ini Nila tidak masuk kuliah. Entah apa yang menangkalnya. Mungkin dia masih marah padaku. Semua itu membuatku bingung dan membuatku merasa tidak tenang. Aku berusaha mencari tahu keberadaanya dengan melihat media sosial yang ia masuki. Tak selang beberapa lama, mataku terpaku pada foto yang menggambarkan dua orang -lelaki dan perempuan, sedang berpelukan. []
BERSAMBUNG
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word