AIB adalah suatu hal yang harus ditutup rapat-rapat dan tak boleh disebarkan. Meski bukan sejenis hoaks, namun aib sesuatu yang buruk sehingga tak boleh diketahui orang lain. Sebab hal itu sangat memalukan.
Yang dikehendaki Allah, ketika seorang hamba melakukan kejelekan, ia segera bertaubat kepada-Nya dengan taubat yang sebenar-benarnya. Taubat nasuha. Bukan malah menceritakan perbuatan buruk itu kepada orang-orang. Padahal, Allah bermaksud menutupinya dan tidak membukanya.
BACA JUGA: Aib?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Setiap ummatku akan mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla kecuali al Mujaahiriin yaitu orang yang mengerjakan sebuah perbuatan buruk pada malam hari. Di waktu pagi, ketika Allah telah menutupi aibnya, laki-laki itu mengatakan, “Wahai Fulan, aku telah mengerjakan begini dan begini”. Itulah orang yang malamnya Allah telah menutup aibnya lalu ia membuka aibnya sendiri di waktu pagi” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika menjelaskan hadits ini dan sejenisnya, Ibnu Abdil Barr menerangkan:
“Dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa ketika seorang muslim melakukan perbuatan yang keji wajib baginya menutupinya, dan begitu juga ia wajib menutupi aib orang lain.”
Jadi, seorang muslim wajib menutup aibnya sendiri dan aib orang lain. Dia tak boleh menyebarkan aib tersebut kepada siapapun, termasuk kepada suami atau keluarganya sendiri.
Imad Al Hakim dalam buku Kaifa Tashiliina ilaa Qalbi Zaujik (Memikat Hati Suami) membuat satu bab berjudul ‘Jangan Kau Ceritakan Aibmu di Depan Suami!’
menurut Imad Al Hakim, mengapa istri tak boleh menceritakan aibnya kepada sang suami karena hal itu akan membuat sakit hati. “Saudariku, jika engkau telah berbuat kesalahan atau dosa, janganlah kau ceritakan aibmu tersebut kepada suamimu agar ia tak sakit hati atau cemburu.”
Bab tadi didasari oleh fatwa Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika ada seorang wanita yang menceritakan sebuah aib yang ia alami. Namun belum lengkap ia menceritakan, Aisyah telah memotong kalimatnya agar ia tidak meneruskannya.
Maryam binti Thariq meriwayatkan bahwa seorang wanita menemui Aisyah radhiyallahu ‘anha. “Wahai Aisyah,” kata wanita itu, “ketika aku sedang pergi haji menuju Baitullah, laki-laki yang menyewakan kendaraan untuk jamaah haji itu sengaja menyentuh betisku…”
Belum selesai kalimat itu, Aisyah langsung menghentikannya, “Sudah, cukup”
Aisyah kemudian berpaling dan menyuruh wanita tersebut keluar. Setelah itu, ummul mukminin juga keluar dan mengumpulkan para wanita mukminah lantas menasehati mereka semua:
“Wahai wanita-wanita mukminah, jika kalian berbuat salah, janganlah sekali-kali menceritakannya kepada orang lain. Mintalah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah. Manusia seringkali menginginkan membuka aibnya dan tidak menutupinya. Sedangkan Allah bermaksud menutupinya dan tidak membukanya.”
BACA JUGA: Bukan Aku yang Terlihat Baik Tapi Allah MEnutupi Aibku
Menceritakan aib sendiri dilarang karena tidak ada manfaatnya kecuali hanya membuat aibnya terbuka. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menutup aib itu. []
SUMBER: WEB MUSLIMAH