Oleh: Ammylia Rostikasari, S.S.
Akademi Menulis Kreatif dan Komunitas Penulis Bela Islam
HARGA telur ayam dan dagingnya saat ini meroket tajam. Naiknya harga daging ayam ras dan telur dalam beberapa hari terakhir dipengaruhi berbagai faktor. Mulai dari masalah cuaca, naiknya kurs dolar Amerika hingga larangan penggunaan antibiotik dalam pakan ayam.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat Dewi Sartika mengungkapkan, berbagai masalah tersebut membuat biaya produksi ditingkat peternak tinggi. Kondisi itu tentu berdampak juga terhadap harga jual daging dan telur di pasaran (detik.com/13/07/2018).
Penyikapan dalam Islam
Islam merupakan agama juga pandangan hidup yang sempurna. Adanya memiliki solusi untuk menyikapi setiap permasalahan dalam kehidupan, termasuk meroketnya harga daging ayam juga telur yang biasa dikonsumsi masyarakat luas.
BACA JUGA: Mengibaratkan Masalah Seperti Wortel, Telur, dan Kopi?
Pertama, kenaikan disebabkan karena cuaca yang mendera.
Ini bisa dikatakan sebagai faktor kodrati, tetapi tentu saja bukanlah faktor penyebab yang mendominasi.
Sebagai Muslim, kita bisa berkaca pada tangguhnya sosok Umar Bin Khattab saat menyandang sebagai Amirul Mukminin yang menerapkan hukum Islam secara kaffah.
Pada masa itu terjadi musibah paceklik pada akhir tahun ke 18 H, tepatnya pada bulan Dzulhijah, dan berlangsung selama 9 bulan. Masyarakat sudah mulai kesulitan. Kekeringan melanda seluruh bumi Hijaz, dan orang-orang mulai merasakan sangat kelaparan.
Sebagai penanggung jawab, beliau mengambil langkah untuk menarik pos dana dari Baitul Mal untuk dibagikan kepada rakyatnya. Itu dilakukan sebagai tanggung jawab seorang imam agar rakyatnya terpenuhi kebutuhan pokoknya. Bahkan begitu mulianya, Umar Bin Khattab pernah memanggul sendiri sekarung gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yang kelaoaran sehabis melakukan inspeksi bersama Aslam, ajudannya. Aslam Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Biar aku saja yang membawanya.” Umar Radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Apakah engkau mau memikul dosaku kelak di hari Kiamat?” Maka ia segera memikul karung tersebut di atas pundaknya dan kembali mendatangi tempat wanita itu.
Kedua, meroketnya harga daging dan telur disebabkan karena naiknya kurs dolar.
Ini tentulah bukan faktor alam. Sistem ekonomi yang jauh dari nilai-nilai syariat Islam. Saat fiat money bernama dolar dijadikan sandaran, maka fluktuasi harga pangan menjadi sebuah keniscayaan. Jika ini terus-terusan dibiarkan, tentulah rakyat yang akan selalu menjadi korban.
BACA JUGA: Harga BBM Nonsubsidi Naik, Anggota DPR: Ini Bisa Picu Inflasi
Sungguh, sangat berbeda ketika Islam diterapkan secara menyeluruh. Begitu juga dalam sistem ekonominya. Mata uang yang diberlakukan adalah dinar dan dirham. Jaminannya emas juga perak.
Mata uang ini jelas tak akan mengakibatkan inflasi seperti sekarang ini. Sehingga harga pangan dan kebutuhan lainnya akan stabil. Pencontohan sederhananya saja, harga 1 ekor domba di masa Rasulullahdan khulafaur rasyidin adalah 1 dinar. Jika dirupiahkan pada tahun ini (2018) maka 1 dinar setara dengan Rp 2.643.500 (edisi Fg Dinar Antam). Masyaallah, inilah luar biasanya syariah. Adanya mengundang berkah dan maslahat bagi umat.
Ketiga, faktor kenaikan telur dan daging ayam karena dilarangnya penggunaan antibiotik dalam pakan ayam.
Sampai sekarang belum ada penggantinya. Hal tersebut tentulah berimbas pada kenaikan biaya produksi. Sementara pemerintah nampaknya belum turun tangan dalam memudahkan pengurusannya.
Islam memandang penguasa sebagai penanggung jawab. Ia kelak akan dimintai pertanggung-jawaban atas apa-apa yang menjadi kepengurusannya. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
أَلاَ كُلُكُمْ رَاع، وَكُلُكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالإِمَامُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Imam (waliyul amri) yang memerintah manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang rakyatnya (Hadits riwayat Al-Bukhari dalam shahihnya (893) dan Muslim No.4828.”
Begitu kontras potret di saat Islam terapkan secara keseluruhan. Sementara sekarang, Islam dipisahkan dari kehidupan. Begitu pun dengan sosok kepemimpinannya. Saat Islam diterapkan, sosok Umar Bin Khattab mampu memberikan kemakmuran bukan hanya di bidang ekonomi, tetapi juga di seluruh bidang kehidupan.
BACA JUGA: Badan Pangan Dunia: Harga Makanan Global Akan Terus Naik
Tidakkah kita menginginkan kemuliaan itu ada dalam kenyataan zaman sekarang? Telah terbukti kala hidup tanpa aturan Islam. Kehidupan umat diliputi kegamangan, kesempitan dan ketidak-nyamanan. Meroketnya harga telur, sebuah tanda jika negeri ini belumlah makmur. Belum pula problematika umat yang lainnya.
Mari umat Islam rapatkan barisan untuk memperjuangkan syariah Islam secara kaffah. Niscaya berkah akan datang dari langit dan bumi jika penduduk negeri ini beriman. Wallahu’alam bishowab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.