Oleh: Chusnatul Jannah
Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban
KEHADIRAN muslimah dalam kehidupan turut serta mewarnai kehidupan itu sendiri. Peran mereka begitu besar bagi sebuah peradaban. Tak salah bila ada ungkapan, “Baik buruknya generasi bergantung pada kualitas dan peran ibu sebagai pendidik utama.”
Ibu adalah madrasatul ula, sekolah pertama bagi anak-anaknya. Lihatlah sosok Ummu Sulaim, Ibunda Anas bin Malik, sang pelayan Nabi yang banyak menghafal hadits. Sosok Ummu Umara, Ibu dari syahidnya 4 mujahid bahkan sosok Asma binti Abu Bakar ra patut menjadi teladan muslimah masa kini tentang arti sebuah perjuangan.
BACA JUGA: Muslimah itu Istimewa
Ya, mereka adalah shahabiyah–shahabiyah terbaik sepanjang masa. Nama mereka terkenang dalam sirahnya. Perjuangan mempertahankan iman dan Islam tak perlu diragukan. Sahabat wanita Rasulullah saw yang memiliki keteguhan iman, kemandirian perjuangan, dan keshalihan mendidik generasi pejuang. Sosok pejuang msulimah yang berani melantangkan kebenaran dan melawan kebatilan.
Kita pun melihat perjuangan muslimah dalam mengembalikan jati dirinya. Gerakan muslimah untuk berhijrah semakin membahana di nusantara. Hijrahnya artis hingga pelaku bisnis mengisyaratkan kepada kita bahwa Islam makin diterima. Islam semakin dicinta oleh pemeluknya. Fenomena ini patut kita syukuri. Sebab, di tengah isu negatif tentang Islam seperti terorisme dan radikalisme, justru Islam semakin diminati. Kajian-kajian Islam banyak ditemui baik di dunia nyata maupun maya.
Meningkatnya kesadaran Islam pada kaum muslimah khususnya tak lain karena dakwah senantiasa gencar dilakukan. Peminat dakwah pun mulai beragam. Dari ibu rumah tangga hingga tulang punggung keluarga. Hasilnya, muslimah berbondong-bondong hijrah hingga menjadi pelaku dakwah. Tak hanya itu, ganasnya sistem kapitalis-sekuler yang merusak tatanan kehidupan cukup ampuh menyadarkan kaum muslimah hakikat peran mereka. Bagaimana tidak, kaum ibu sudah cukup jengah dengan sajian kerusakan kapitalis-sekuler. Kasus kekerasan dan pelecehan seksual seolah tak pernah berhenti. Disinilah dakwah mengembalikan kehidupan islam menjadi penting dimainkan oleh seluruh elemen masyarakat tak terkecuali para muslimah.
Kewajiban Dakwah
Lahirnya generasi emas di masa Islam tak lepas dari peran kaum muslimah. Menjamurnya para ilmuwan wanita di era Kekhalifahan Islam menjadi bukti bahwa merekalah generasi terbaik di masanya. Sebut saja Maryam Al Asturlabi, Fatimah Al Fihri, Lubna of Cordoba, hingga Zainab binti Ahmad. Mereka adalah contoh generasi emas era Kekhalifahan Abasiyah hingga Utsmani.
Islam sebagai sistem kehidupan yang mengatur manusia dari bangun tidur hingga bangun negara. Tak ada satu pun aktifitas yang tidak diatur dalam Islam. Salah satu kewajiban yang banyak dilalaikan oleh para muslimah dalam ranah publik adalah dakwah. Selain sebagai ibu, ia juga bagian dari masyarakat yang memiliki kewajiban berdakwah.
BACA JUGA: Muslimah Berobat pada Dokter Pria, Bagaimana?
Dakwah merupakan aktifitas mulia dan amalan yang paling dicintai Allah SWT. Perkataan pengemban dakwah adalah perkataan yang paling baik sebagaimana firman Allah di dalam surat Fushilat ayat 33: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan menegrjakan kebajikan, dan berkata,” sesungguhnya aku termasuk orang-prang muslim (yang berserah diri)?”.
Dakwah adalah obat mujarab bagi setiap manusia yang tersesat dari jalan fitrah. Muslimah tak sekedar mendidik anak, tapi juga membimbing umat menemukan hakikat kehidupan. Muslimah tak hanya berprestasi tingkat keduniawian, namun juga cemerlang dalam keukhrowian. Tampak dalam kesholihan akhlak dan kepribadian.
Peran muslimah sebagai pejuang dan pendakwah seringkali terabaikan. Seakan tugas dakwah hanya diperuntukkan bagi kaum lelaki. Padahal, kewajiban dakwah berlaku bagi setiap hamba. Sudah saatnya kaum muslimah melibatkan diri dalam aktifitas dakwah demi terwujudnya kemuliaan Islam. Berjuang mengembalikan predikat sebagai umat terbaik dengan berjuang menegakkan syariat Islam agar diterapkan dalam kehidupan. Wallahu a’lam bi as- showab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.