DANNY Herman de Annan, kini 33 tahun, lahir di Queens, New York. Ayah dan ibunya berkewarganegaraan Puerto Rico, yang membesarkan anak-anaknya sebagai seorang Katolik.
Selama pencarian jati dirinya di AS, de Annan mengalami kesalahan dalam pergaulannya. Ia bergaul dengan remaja yang selalu melakukan kejahatan. Hingga akhirnya, kejahatannya itulah yang mengantarkan ia ke penjara.
Berada di balik jeruji, membuat de Annan banyak merenungi hidupnya selama ini.
“Saya di sini. Hidup dalam kandang seperti hewan,” katanya menceritakan pergulatan batinnya saat itu.
“Saya tidak ingin seperti ini lagi.”
Penjara menjadi awal perjalanan de Annan untuk mengenal Tuhannya. Ia mempelajari berbagai agama dari teman-temannya di dalam sel.
Perubahan yang signifikan dalam hidupnya, dimulai saat ia membaca Al-Quran yang diam-diam dicurinya dari perpustakaan penjara. Lama ia merenungi terjemahan Al-Quran itu. Dalam benaknya, ia mulai mengakui dan cocok dengan konsep ketuhanan dalam Islam.
Hidayah ditindaklanjutinya setelah masa hukumannya selesai. Ia rajin mendatangi diskusi keislaman. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menerima Islam.
Proses pengislamannya lumayan unik. Para imam di islamic Center itu tak serta merta menuruti keinginan de Annan untuk masuk Islam. Mereka ingin, ia berislam dengan kesungguhan hati, bukan karena terbawa suasana atau emosi.
Ketika itu, semua orang di ruang shalat, mengatur barisan shalat. Danny diinstruksikan untuk duduk dan melihat saja. Namun ia tergerak. “Saya tidak mau menunggu sembilan bulan lagi dengan hanya menonton orang lain shalat sementara saya tidak,” katanya. Ia pun minta diislamkan sebelum shalat dimulai. Sejam kemudian, dia ada di dalam barisan shaf, menunaikan shalat.
De Annan menggunakan nama Muslim Abdullah, atau ‘hamba Allah’ dan mulai memperkenalkan Islam kepada orang tua dan saudara. Mereka kini memeluk Islam.[]
SUMBER: KISAH MUALAF