JAKARTA—Pengusaha sekaligus fashion blogger populer asal Malaysia, Vivy Yusof tersandung masalah karena unggahannya soal ‘mukena palsu’ di media sosial.
Awalnya, pemilik brand hijab ‘Duck Scarves’ itu mengeluhkan produk tiruan ‘Duck Scarves’ yang begitu banyak ditemukan di Vietnam. Ia mengungkapkan kekesalannya itu di Instagram miliknya.
BACA JUGA: Bolehkah Wanita Shalat tanpa Mukena?
“Kita pakai scarf untuk agama, dan janganlah mendukung produk-produk palsu atau tiruan. Aku tidak paham bagaimana orang-orang membeli mukena palsu untuk salat,” tulis Vivy di Instagram Story-nya, Selasa (01/08/2018).
Ungkapan Vivy tersebut, mengundang reaksi dan kritik dari warganet. Banyak yang merasa Vivy terlalu berlebihan dan tak seharusnya tak membawa-bawa soal salat.
“Ungkapan ‘mukena palsu’ itu sangat tidak relevan. Islam tidak pernah mengajarkan seseorang untuk salat mengenakan mukena yang mahal ataupun hijab mahal. Jangan pengaruhi orang-orang dengan strategi marketingmu,” ungkap salah satu followers Vivy Yusof.
Ada pula netizen yang menyalahkan produk ‘Duck’ yang terlalu mahal dan menyarankan Vivy Yusof membuat produk yang lebih terjangkau. Hal itu bisa mencegah adanya ‘mukena tiruan’. Harga satu mukena Duck saja dijual sekitar RM 330 atau Rp 1,17 juta.
“Jika kamu benar-benar berniat untuk membantu orang-orang beribadah, seharusnya kamu membuat produk yang lebih murah untuk semua muslim,” tulis pengguna Instagram lainnya.
Vivy Yusof tampaknya cukup terkejut dengan respons orang-orang. Ia pun membalas komentar yang masuk ke DM (Direct Message) Instagram-nya dan menjelaskan bahwa maksud perkataannya tidak seperti itu.
“Aku tidak menyuruh orang untuk membeli mukena yang mahal untuk salat, itu bergantung pilihan masing-masing. Yang saya lawan di sini adalah membeli mukena yang dibuat secara ilegal,” terang Vivy.
BACA JUGA: Wanita Shalat Tidak Kenakan Mukena Warna Putih, Apa Hukumnya?
Vivy pun menjelaskan bahwa mendukung barang-barang palsu termasuk mukena berarti mendukung perusahaan yang tidak berlesensi. Seharusnya yang dilawan adalah pemalsuan produk. Dia pun yakin bahwa Islam juga tidak menyukai cara berdagang seperti itu. Ia merasa orang-orang hanya salah paham saja. []
SUMBER: WALIPOP