Oleh: Mustaqim Aziz
HATI merupakan cerminan kehidupan insan. Apabila baik hatinya, maka ia akan membaikan pribadi pemiliknya. Dan sebaliknya, apabila hatinya rusak, maka akan buruklah pribadi si pemiliknya. Hati yang baik didapati dengan cara mengarahkan potensinya pada jalan kebaikan. Sedangkan buruknya hati, didapati karena menuruti keinginan dan hawa nafsu yang jauh dari kebenaran.
Di dalam hati terdapat dua potensi. Pertama, adalah potensi untuk mengetahui dan membedakan. Kedua, potensi untuk berkehendak dan mencintai. Hati akan sempurna dan baik apabila menggunakan kedua potensi tersebut dalam hal yang bermanfaat, yang memberikan kebaikan dan kebahagiaan kepadanya.
Seperti halnya apabila kita dihadapi dalam dua pilihan, antara mendatangi majelis ilmu atau bersenda gurau dalam permainan. Maka potensi untuk mengetahui dan membedakan semestinya digunakan untuk memilih jalan kebenaran, dan menjauhi hal yang di dalamnya terkandung banyak kemudharatan. Ini pula yang harus digunakan oleh potensi berkehendak dan mencintai. Potensi ini seharusnya digunakan untuk mencari, mencintai dan mengutamakan kebenaran daripada kebatilan.
Hari ini, kita dihadapkan oleh sikap sebagian orang yang menggunakan potensi hatinya pada hal-hal yang justru membuat hatinya rusak. Menolak kebenaran, dan malah memilih jalan yang batil. Menyuarakan perubahan, namun sejatinya perubahan itu justru membawanya dalam lembah kehancuran. Mencela Syariat-Nya yang agung, menganggap usang Sayriat-Nya yang mulia, bahkan mendzolimi para du’at yang mendakwahkan Syariat-Nya yang rahmatan lil alamin. Ini merupakan cerminan hati yang rusak. Ia nya tidak menggunakan potensi hati kepda jalan kebaikan, justru sebaliknya potensi hati dimanfaatkan hanya untuk mendapatkan kenikmatan dunia dan mengabaikan kebanaran.
Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Barangsiapa tidak mengetahui kebenaran maka ia tersesat. Barangsiapa mengetahui kebenaran, tetapi lebih menyukai yang lain daripadanya maka ia dimurkai. Adapun yang mengetahui kebenaran lalu mengikutinya maka ia dikaruniai nikmat”.
Maka sudah sewajarnya bagi seorang muslim untuk mengarahkan potensi hatinya di dalam jalan kebenaran. Mencintai kebaikan dan penyerunya, serta membenci keburukan sekaligus mengajak yang lain kepada jalan ketaatan. Karena kalau potensi hatinya tidak digunakan dalam perkara yang benar, maka ia pasti digunakan untuk perkara yang batil. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Ashr)
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”. Wallahu a’lam. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.