Oleh: Muhammad Satria Andhika
DALAM diam ada keselamatan, karena tidaklah kita menyesali atas sikap diam yang kita pilih sekali, kecuali menyesali berkali-kali atas lisan kita.
Lisan ketika telah kita ucapkan atau kita tuliskan, maka ia akan ‘lepas’ tanpa bisa lagi kita menguasainya.
Kebanyakan dari kita, ketika berbicara ataupun diam, ia menyimpang dengan dua jenis bencana lisan. Diam menjadi bencana, jika memilih diam ketika dihadapkan dengan perkara dimana Al-haq (kebenaran) yang wajib diucapkan. Sedangkan orang yang beruntung, yaitu orang yang menahan lisannya dari kebatilan dan menggunakannya untuk perkara bermanfaat.
BACA JUGA: Mengapa Muslimah Dianjurkan Berdiam Diri di Rumah?
Termasuk perkara yang tidak disadari kebanyakan dari kita, dimana ada yang mudah menjaga diri dari makanan haram, dan dari hal buruk lainnya, namun seakan sulit menjaga diri dari lisannya. Sehingga terkadang seseorang yang dikenal dengan agamanya, zuhudnya, dan ibadahnya, namun ia mengucapkan kalimat-kalimat yang menimbulkan kemurkaan Allah, dan ia tidak mempertimbangkan apa yang ia ucapkan.
Padahal hanya dengan satu kalimat itu saja, dapat menyebabkan dirinya bisa terjerumus ke dalam neraka melebihi jarak timur dan barat. Atau ia tersungkur di dalam neraka selama tujuh puluh tahun.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang ia tidak mengetahui secara jelas maksud yang ada di dalam kalimat itu, namun dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka lebih jauh dari antara timur dan barat”. (HR Muslim, no. 2988).
Alangkah banyak yang menjaga diri dari perbuatan maksiat, namun lidahnya ‘menyembelih’ kehormatan orang-orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Dia tidak peduli dengan apa yang sedang ia ucapkan. La haula wa la quwwata illa bilahil-‘aliyyil-‘azhim.
Sebagai contoh, ialah sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kata fasiq, dan menuduhnya dengan kata kafir, kecuali tuduhan itu akan kembali kepada si penuduh jika orang yang tertuduh tidak seperti yang dituduhkan. [HR Bukhari].
BACA JUGA: Hati-hati, Ucapanmu Diaminkan Malaikat!
Karena bahaya lisan yang demikian itulah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhawatirkan umatnya. “Dari Sufyan bin ‘Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata: “Aku berkata, wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan berpegang dengannya!” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘Rabbku adalah Allah’, lalu istiqomahlah”. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda khawatirkan atasku?”. Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: “Ini”. (HR Tirmidzi, no. 2410. Ibnu Majah, no. 3972)
Apa jaminan bagi seseorang yang menjaga lidahnya dengan baik?
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan), niscaya aku menjamin surga baginya.” (HR Bukhari, no. 6474. Tirmidzi, no. 2408). []