Oleh: Lulu Nugroho
“ABI pulang jam berapa malam ini?”
“In sya allaah jam 8 lebih 15 tiba di rumah. Ada apa shalihah?”
“Ah enggak, tadi umi masakin ayam panggang, sambel dan lalap buat abi”.
Percakapan di whattsap. Kode keras. Biasanya suami tahu bahwa itu sinyal agar ia siapkan waktu untuk mendengarkan. Melepaskan sesak di dada, setelah seharian bertemu bermacam-macam karakter. Menghadapi berbagai situasi.
Seperti itulah peran seorang suami. Walaupun disebutkan hanya sekali setelah penghormatan tiga kali kita terhadap ibu. Tapi suami pun memainkan peran penting dalam kehidupan sebuah keluarga. Itulah sebabnya namanya pun disebutkan di dalam banyak nash. Anak-anak yang berbakti pada kedua orang tua, akan dijamin surga.
BACA JUGA: Benarkah Dosa Istri dan Anak Ditanggung Suami? (1)
Dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW diceritakan, ‘Aku bertanya kepada Nabi saw, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah SWT?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR Bukhari).
Ibu sebagai orang tua tunggal atau ibu dengan suami sebagai pendamping, tugasnya sama. Yaitu mencetak generasi mulia. Beban berat itu diamanahkan Allah pada ibu. Menjadi ummu wa robbatul baiyt, sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Tidak akan mudah terlaksana jika tanpa bantuan suami yang menopang. Ketiadaan peran suami, apakah karena ibu sebagai orang tua tunggal, atau memang pasangan yang tak menguasainya perannya, membuat keluarga sulit membenahi dirinya.
Sebagai seseorang yang bertanggungjawab mencari nafkah dan menjadi pemimpin dalam keluarganya, tugas suami juga tidak mudah. Jika tanpa dibekali dengan ilmu dan keimanan yang kokoh, maka dia tak akan mampu menarik anak-anak dan istrinya. Menjaga mereka agar tetap berada di dalam benteng iman terjaga oleh Islam.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin (keluarganya) dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka”. Hadis shahih riwayat al-Bukhari (no. 2278) dan Muslim (no. 1829).
Seorang ayah mendidik dan membimbing keluarga dengan lembut. Maka anak-anak akan mempelajari bagaimana seorang ayah mengatur keluarganya. Bagi anak-anak, ayah adalah role model. Pelajaran yang mahal yang didapat anak-anak di dalam rumah. Mempengaruhi mereka kelak dewasa. Hanya di dalam rumah mereka bisa mempelajari peran itu dengan baik.
BACA JUGA: Suami Selingkuh Padahal Istri Cantik?
Suami sebagai muara dari semua persoalan yang ada di rumah. Keputusan-keputusan yang diambil akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Menjaga anggota keluarga dari makanan yang haram, mengarahkan mereka pada interaksi yang baik, menjaga masuknya pemikiran buruk yang memalingkan anggota keluarga dari akidahnya.
Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)
Peran suami terhadap istri dan anak-anaknya bagaikan tembok yang menyangga bunga. Atau laksana kayu yang menopang agar bunga tidak jatuh terkena angin. Menguatkan dan melindungi. Bunga sulit tegak tanpa penyangga.
Allah SWT berfirman:
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَاۤ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 34)
Saling menguatkan, saling menopang dalam kemuliaan Islam. Seorang istri dapat melakukan tugasnya dengan baik. Memiliki hujah di hadapan Allah karena adanya peran suami sebagai penopangnya. Pendukung perannya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:
«خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى»
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluargaku.” (HR at-Tirmidzi (no. 3895) dan Ibnu Hibban (no. 4177), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani). Wallahu a’lam.[]
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.