Oleh: Etika Rosy
Mahasiswi Semester 6 STEI SEBI Jurusan Akuntansi Syariah
IBADAH merupakan salah satu bentuk dari kita mengagungkan kebesaran Allah SWT betapa banyaknya kenikmatan yang telah Allah berikan untuk hambanya dimuka bumi. Sesungguhnya nikmat yang diberikan kepada kita tidak terhitung dan tidak terbatas, nikmat-nikmat itu datang silih berganti baik pada waktu siang atau malam.
Allah SWT berfirman:
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). QS. Ibrahim: 34
BACA JUGA: Ibadah, Kenapa Kudu Ikhlas?
Mendahulukan kepentingan orang lain dari pada dirinya sendiri disebut itsar, sedangkan untuk kebalikannya adalah atsaroh yang bermakna mendahulukan kepentingannya sendiri sebelum orang lain. Mendahulukan orang lain dalam perkara ibadah adalah sesuatu yang dibenci. Karena masing-masing orang diperintahkan untuk mengagungkan Allah SWT.
Berikut merupakan contoh dari atsaroh: di daerah gurun pasir yang sangat sulit untuk menemukan air, dan ketika itu zaid dan temannya hendak melakukan sholat. Zaid mempunyai air hanya cukup untuk wudlu satu orang, sedangkan saat itu dia membutuhkan wudlu, juga temannya yang saat itu sedang bersama dia, maka kewajiban Zaid adalah menggunakan air itu untuk berwudlu dan biarkanlah temannya itu bertayammum. Tidak boleh bagi Zaid untuk mempersilahkan temannya wudlu sedangkan dirinya sendiri bertayammum.
Para ulama memakruhkan ber-itsar (mendahulukan orang lain), dalam masalah ibadah (vertikal). Alasannya, mendahulukan orang lain dalam hal ibadah justru akan membuat diri lalai akan ibadah itu. Ironisnya, kita sering kali tidak menyadari. Terkadang banyak dari kita mendahulukan urusan orang lain karena merasa tidak enak atau takut dianggap sok oleh orang lain.
Boleh saja kita mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi diluar konteks ibadah, dan justru itu sangat dianjurkan. Untuk masalah ibadah sendiri sudah sangat jelas bahwasannya kepentingan pribadi lebih utama dibandingkan kepentingan orang lain.
BACA JUGA: Beribadah Bukan Musiman
Perintah untuk menjaga diri dari siksa api neraka dimulai dengan menjaga diri sendiri terlebih dahulu. Kemudian, barulah disusul menjaga keluarga (QS Attahrim [66]: 6).
Kiranya, seperti itulah gambaran prioritas dalam Islam perihal beribadah. Sebab sejatinya, melihat skala prioritas dalam Islam sangat dianjurkan, namun bukan berarti mengabaikan kepentingan pribadi. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.