KITA memandang semut itu makhluk lemah! Perhatikan kecerdasan dan tekniknya dalam mengumpulkan, menyimpan, dan menjaga makanannya agar terhindar dari kerusakan! Di sana terkandung pelajaran dan tanda-tanda (kekuasaan Allah).
Apabila ingin mendapatkan makanan, Anda lihat kelompok semut keluar dari lubang-lubangnya. Bila telah menemukan makanan, mereka lantas membuat jalan dari lubangnya ke makanan itu, dan mulailah mereka memindahkannya.
Ketika memindahkan makanan ini, Anda lihat mereka terdiri dari dua rombongan. Satu rombongan membawa makanan ke rumah, dan rombongan lain keluar dari rumah-rumah mereka ke makanan itu. Kedua rombongan itu tidak bercampur di jalan.
Mereka seperti dua helai benang, seperti rombongan manusia yang pergi melalui satu rute dan rombongan lain yang pulang melalui rute di sebelahnya.
BACA JUGA: Semut, untuk Apa Kamu Membawa Setetes Air tersebut?
Apabila beban makanan yang mereka bawa terasa berat, sekelompok semut berkumpul untuk sama-sama dan saling membantu memikulnya, seperti sekelompok orang bersama-sama mengangkat sebuah batu atau kayu.
Apabila hanya seekor di antara mereka yang menemukan makanan itu, teman-temannya membantu membawa ke sarangnya lalu mereka pergi membiarkan dia menikmati makanan yang ditemukannya itu.
Sedang apabila yang menemukannya ramai-ramai, mereka bergotong royong membawanya lalu membaginya di depan pintu rumah.
Seorang arif menceritakan bahwa pada suatu hari dia menyaksikan sesuatu yang ajaib pada diri semut.
Katanya, “Aku melihat seekor semut mendatangi potongan badan belalang lalu mencoba mengangkatnya dari tanah. Karena tidak mampu, dia pergi tidak jauh dari situ lalu kembali dengan membawa beberapa temannya.
“Aku angkat belalang itu dari tanah. Ketika si semut tiba bersama teman-temannya di tempat tadi, mereka berkeliling mencari-cari, tapi mereka tidak mendapati apa-apa. Teman-temannya akhirnya pulang.
“Kemudian aku letakkan lagi. Si semut tadi datang lagi dan melihatnya, lalu dicobanya mengangkat tapi tidak mampu. la pergi tidak jauh dan memanggil teman-temannya.
“Aku angkat lagi potongan itu. Mereka berkeliling di sekitar tempat itu tapi tidak menemukan apa-apa. Akhirnya mereka pergi.
Kemudian aku letakkan lagi. Semut itu kembali, lalu memanggil teman-temannya. Mereka mengelilingi tempat itu mencari-cari tapi tidak menjumpai apa-apa. Akhirnya mereka membuat lingkaran, semut tadi berada di tengah. Saya kemudian melihat mereka menyerang, mencabik-cabik dan memotong-motong tubuhnya.”
BACA JUGA: 3 Nasihat Seekor Semut kepada Nabi Sulaiman AS
Di antara kecerdasan hewan ini, apabila mereka menyimpan biji di tempat tinggalnya, mereka membelahnya agar tidak tumbuh. Kalau kedua belah biji itu dapat tumbuh secara terpisah, mereka membelahnya menjadi empat.
Apabila biji itu terkena embun atau basah dan dikhawatirkan rusak, mereka mengeluarkannya dan menjemurnya di bawah terik matahari lalu mengembalikannya lagi ke dalam rumah. Oleh karena itu, kadang Anda melihat banyak biji-biji berserakan di pintu rumahnya.
Ketika Anda kembali beberapa saat kemudian, Anda tidak melihat ada sebiji pun.
Di antara kecerdasannya juga, mereka hanya membuat perkampungan di tempat yang agak tinggi dari tanah agar tidak tenggelam apabila banjir datang. Anda tidak menjumpai perkampungan semut di perut lembah, tetapi di bagian atas yang tidak terjangkau oleh banjir.
Sebagian bukti kecerdasannya adalah yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an mengenai perkataan seekor semut kepada teman-temannya ketika melihat Nabi Sulaiman dan tentaranya,
“Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari,” (QS. an-Naml: 18)
Dalam nasihat ini, semut itu mengungkapkan sepuluh model ucapan: nidaa’, tanbiih, tasmiyah, amr, nash, tahdziir, takhshiish, tafhiim, ta’miim, danftafcaar.Jadi, dengan kalimat yang singkat ini nasihatnya telah mencakup kesepuluh macam model ucapan tersebut.
BACA JUGA: Semut Pun Melindungi Pepohonan
Oleh sebab itulah, Sulaiman kagum akan omongannya sampai tersenyum dengan tertawa, dan dia memohon Allah supaya membuatnya bersyukur atas nikmat yang membuatnya dapat mendengar ucapan semut.
Kecerdasan ini bukan mustahil dimiliki oleh satu umat yang bertasbih kepada Tuhannya. Dalam hadits shahih Nabi SAW bersabda,
“Dahulu ada seorang nabi berteduh di bawah pohon, lalu seekor semut menggigitnya. Dia marah dan memerintahkan untuk diambilkan peralatan, lalu memerintahkan supaya sarang semut dibakar. Setelah itu Allah menurunkan wahyu-Nya, ‘Karena seekor semut menggigitmu, engkau telah membakar satu umat yang bertasbih. Kenapa tidak kamu bunuh seekor saja yang telah menggigitmu?'”(HR Bukhari dan Muslim). []
Referensi: Kunci Kebahagiaan/Ibnu Qayyim/ Akbar Eka Sarana/ 2004