Bismillah walhamdulillah…asholatu wassalamu ‘ala rosulillah…
SEBAGAI hamba Allah azza wa jalla, kita senantiasa ingin mengoptimalkan ibadah kepadaNya. Di era penghujung zaman ini, godaan kefanaan dunia kian melindas iman dan islam, tentunya kita perlu terus-menerus mengintrospeksi dan memperbaiki diri agar tidak keliru memilih jalan. Selanjutnya, kondisi peningkatan kualitas diri merupakan senjata bagi kita pula untuk mendidik generasi buah hati.
Berikut sedikit tips yang penulis dapat share supaya kita menguatkan hati dalam memperbaiki diri.
1. Cinta Taubat.
“Jika kamu bertaubat sehingga taubat itu gugur dan kamu kembali melakukan dosa, maka, bersegeralah bertaubat kembali! Katakanlah pada dirimu:”Moga-moga aku mati sebelum sempat mengulangi dosa kali ini….”
(al-Ghazali)
Maksiat itu selalu haus akan kegiatan dosa yang berterusan. Maka siramilah taubatan sejati dengan dzikrulloh. Miliki target dan berkomitmen dalam aktivitas harian, misalkan : “Saya istighfar 100 kali.
Subhanallah walhamdulillah waLailahaillahu Allahu akbar 100 kali.
Allahumma solli ala Muhammad 100 kali. Membaca sayyidul istighfar pagi dan petang, dst…” Tandai ‘welldone’ dalam catatan pribadi ketika target tercapai, dan tambahkan terus-menerus list aktivitas kebaikan yang ingin dikerjakan.
Puaskan diri dengan menikmati kasih sayang Allah ta’ala melalui renungan dzikrulloh yang telah diterapkan.
Cinta Taubat ini janganlah ditunda, mari lakukan sekarang juga!
2. Jaga Sholat 5 Waktu!
Beberapa pembaca bertanya, mulai dari mana sih kalau ingin berubah menjadi lebih baik? Ingatlah, sholat adalah ibadah nomor satu yang akan ditanya oleh Allah Azza wa jalla kelak.
Serius. Sholat ini tiang agama! Bila solat kita ‘cuekin’, mustahil kita dapat berubah. Mustahil. Tak ada tiangnya, macam manakah bangunan dapat kokoh tanpa tiang?! Sholat yang dijaga, akan berterusan pada penularan amalan sholeh lainnya, insyaAllah. Hatta, kalau tidak sholat, yang wajib tidak dilakukan, Allah ta’ala tak menerima ‘yang asesoris lain’nya.
3. Mohon kepada Allah ta’ala agar dapat bersama teman-teman yang baik,
Mintalah Allah ta’ala yang memilihkan teman-teman kita, tarik kaki dari godaan maksiat, dari kumpulan teman yang tidak merindukan akhirat.
Jangan terlalu banyak menggunakan kata, “Aih masih muda, bolehlah hura-hura sekejap saja!” :'( Sungguh, kematian itu datang bila-bila masa, tidak harus pada usia tua, dan tidak mesti didahului penyakit. Saat ini, sudah banyak sahabat kita yang berusia belasan, dua puluhan atau di bawah 40-tahun-an sudah berpulang kepadaNya, tak cukupkah itu sebagai pelajaran buat jiwa kita ?
Kita mesti berlapang dada bila ditinggalkan oleh kumpulan kawan yang tak menyukai taubat dan perubahan diri kita, cukuplah kita teringat pada Allah. Temui teman-teman yang senantiasa memandu kita ke arah kebaikan. Teman yang menegur bila kita melakukan silap, yang mengingatkan waktu sholat kala kita lupa, yang mau menyokong perubahan kita menuju keridhoan Allah ta’ala.
Kata seorang penyair melayu :
“Elakkan dari bersahabatkan si hina. Kelak, ia pasti berjangkit umpama kudis yang menjangkiti orang sihat..”
Sahabat ini ada dua.
a)Ada sahabat syurga.
b)Ada juga yang mengajak ke neraka,
kita berada dimana? Tanyakan pada nurani.
Resapi makna ayatNya pada kitabulloh, (Alfurqan ayat 27-29)
“Taubat itu adalah penyesalan. Penyesalan dengan hati jernih, tekad kokoh untuk meninggalkan perkara maksiat, beristighfar dengan lidah, meninggalkan kejelekan prilaku dengan jasad dan menjauhkan diri dari para ahli maksiat…”
Pikirkanlah perubahan lebih baik ini untuk ‘kian disayangi Allah SWT’, bukan karena paksaan atau karena berharap sesuatu dari manusia, yang notabene makhlukNya jua. Selanjutnya, perbanyak untaian doa buat sahabat-sahabat nan sholeh, maka malaikat akan ‘meng-amin-kan’ dan doa terbaik itu berefek manis buat diri kita juga.
Semoga Allah ta’ala melimpahkan hidayah dan taufiqNya, barokallohu feekum…
(@bidadari_Azzam, KL Dzulhijjah 1437 h. Disampaikan pada 2013 ‘hs muallaf centrum’ skype, des 2014 shelter TKW, june 2015 shelter TKW, pertemuan wali murid sept 2016)