Oleh: Dwi P. Sugiarti
HIDAYAH memang bisa datang kapan saja, di mana saja dan untuk siapa saja. Tak terkecuali dengan sosok kontroversial yang sangat membenci islam. Daniel Streich adalah Anggota Paratai Rakyat Swiss (SVP). Ia adalah orang yang sangat membenci islam dan kerap menentang pembangunan masjid. Dalam usahanya menyingkirkan islam dari Swiss, lelaki ini malah mempelajari Al quran dan Islam. Ia berharap dengan memahami ajaran Nabi Muhammad itu, dia mampu meruntuhkan iman kaum muslim. Namun, semakin dalam ia mempelajari al quran justru ia terpesona dengan islam. Hingga enam tahun setelah itu ia memutuskan untuk masuk islam. (www.merdeka.com)
Contoh lainnya adalah Thoyigbe Zola, seorang raja dari Afrika yang pada Ramadan lalu memutuskan untuk masuk islam. Kini ia telah berganti nama menjadi Harun Muhammad. Sebelum menjadi mualaf, Harun merupakan tokoh berpengaruh di wilayahnya yang menentang keras ajaran islam. Pandangannya itu dia dapati dari kabar-kabar serampangan yang mengaitkan ajaran islam dengan kekerasan. Namun upaya dakwah terus dilakukan oleh salah seorang ulama bernama Syeikh Abu Bakr. Setelah masuk islam ia berjanji untuk terus berupaya mendakwahkan islam kepada kaumnya di Benin dan wilayah Afrika yang belum terjamah oleh islam (www.jurnalislam.com, 6/7/2018)
Contoh di atas hanya secuil gambaran dari beberapa tokoh yang lain. Arnoud Van Doorn sang produser film penghina nabi, Yusuf Estes seorang kristen taat yang mengidap islamofobia hingga Terry yang merupakan mantan anggota polisi militer di Guantanamo akhirnya luluh dan memilih untuk menjadi seorang muslim. Di balik itu semua, fenomena hijrah para tokoh tersebut bukanlah hal aneh. Namun seolah publik dibuat tidak percaya dengan kisah hijrah mereka karena penentangan yang begitu keras terhadap islam dan Nabi Muhammad berubah menjadi sebuah pemandangan apik masuknya mereka ke dalam islam. Semua hal ini dikarenakan dakwah islam yang tak pernah mati. Kisah hijrah mereka pun tentu tak terlepas dari kuasa Allah SWT, sang pembolak-balik hati manusia. Hijrahnya para tokoh kontroversial ini mengingatkan pula pada salah satu sosok kontroversial di masa Arab jahiliyah yakni Umar bin Khattab.
BACA JUGA: Demi Palestina, Bung Karno Batalkan Peluang Indonesia Masuk Piala Dunia
Masuknya Umar bin Khattab ke dalam islam saat periode awal dakwah islam di Mekah menjadi buah bibir dan berita yang menggemparkan bagi penduduk Mekah terutama di kalangan para pembesar Quraisy yang sangat membenci islam dan Muhammad. Sebab mereka tak menyangka, salah satu orang yang paling besar penentangannya terhadap islam justru malah berbalik masuk islam dan menjadi bagian dari barisan Rasulullah SAW.
Dalam Sirah, sebelum Umar masuk ke dalam islam, ia adalah sosok pemuda yang berwatak keras dan kasar serta fanatik terhadap tradisi jahiliyah. Wajar jika ia ditakuti dan disegani baik oleh lawan maupun kawan. Bahkan ia adalah orang yang sering ikut andil dalam rapat para pembesar Quraisy dan pendapatnya sering didengar. Dibanding pemuda lain yang sepantar dengannya, Umar bin Khattab adalah sosok yang tak pandang buluh dalam memerangi Islam dan para pengikutnya. Ia bersama dengan kafir Quraisy turut menyiksa para pengikut Nabi Muhammad SAW. Kegelisahannya terhadap penyebaran islam membuat ia berusaha menentang dan menghalau dakwah Nabi Muhammad SAW. Namun, di puncak kekafiran dan kemarahannya pada islam dan Muhammad justru Allah memberikannya hidayah islam melalui adiknya, Fatimah binti Khattab yang kala itu sedang belajar Al quran kepada Khabbab Al Arats bersama suaminya Sa’ad bin Zaid.
Setelah mendengar ketinggian ayat-ayat Al quran yang diperdengarkannya dari Khabbab Al Arats, ia berpikir bahwa tak mungkin apa yang ia dengar adalah perkataan manusia. Sungguh, keislaman Umar bin Khattab merupakan bagian dari pertolongan dari Allah SWT.
Pasca masuknya Umar bin Khattab, dakwah islam kian masif dilakukan secara terang-terangan. Ia menjadi sosok pembela islam yang menginspirasi dan mengubah tatanan dunia baru dengan islam. Iapun menjadi sosok yang sering disebut menjadi penyebab turunnya wahyu karena kecerdasan dan ketajaman akalnya yang begitu luar biasa. Bahkan Nabi SAW pernah bersabda perihal Umar,
“Seandainya setelahku ada nabi, niscaya ia adalah Umar bin Khattab.” (HR. AL Bukhari)
Hijrahnya Umar telah membuat ia menjadi sosok yang luar biasa dan tetap disegani oleh lawan dan kawan. Bahkan sepeninggal Nabi Muhammad SAW ia menjadi salah satu kandidat pengganti Rasulullah hingga akhirnya ia menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar Ash Shiddiq. Sepuluh tahun kepemimpinan Umar telah memperkuat Kekhilafahan Islam yang meluas hingga seluruh jazirah Arab dan berhasil menaklukkan Persia.
Bepikir adalah Jalan Menuju Hijrah
Kisah hijrah Umar dan beberapa tokoh kontroversial berawal dari kegundahan yang membuatnya terus berpikir dan merenungi hal-hal yang di sekelilingnya. Hal ini tentu banyak kita dapatkan dari Al quran ketika Allah berfirman,
“Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayatNya supaya kamu berpikir.” (QS. Al Baqarah [2] : 242)
BACA JUGA: Ketahuilah, 3 Hal Ini Mengantarkan Seseorang Jadi Orang yang Pertama Masuk Surga
Dalam ayat lain,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya rabb kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran [3] : 190-191)
Kutipan ayat-ayat di atas hanyalah sebagian kecil dari apa yang ada dalam kitab Al Quran. Allah SWT hendak mengajak kita sebagai hamba yang berakal untuk berpikir dan memperhatikan apa yang ada di langit dan di bumi. Sebab berpikir menjadi salah satu jalan untuk memperoleh keimanan dan akan menghasilkan kebangkitan.
Syeikh Taqiyuddin An Nabhani menjelaskan dalam kitab Nizhamul Islam bahwa bangkitnya seorang manusia dilihat dari bangkitnya pemikiran tentang alama semesta, manusia dan kehidupan. Sebab Pemikirannya akan mengubah pemahaman dan cara pandang terhadap sesuatu. Cara pandang inilah yang akan digunakan sebagai pedoman dalam setiap aktivitas manusia. Sehingga seseorang akan tampak kepribadiannya dilihat dari pola pikir dan sikapnya berdasarkan cara pandang yang ia pakai. Jika berubah sudut pandang seseorang maka berubah pula pemikiran dan perbuatannya.
Dalam kisah Umar, terlihat perbedaan sikap saat sebelum dan sesudah masuk Islam. Sekalipun watak kerasnya masih menempel dalam diri Umar namun sudut pandangnya terhadap islam telah berubah saat ia masuk Islam. ia justru bersikap keras dan menentang segala praktek jahiliyah. Inilah hasil yang diharapkan ketika seseorang telah berhijrah. Ketika seseorang telah memperoleh keyakinan (iman) yang baru dengan jalan berpikir yang benar maka keimanannya adalah keimanan yang sempurna dan bila keimanannya sempurna maka iapun akan berhijrah sesuai dengan keimanannya.
BACA JUGA: Islam Akui dan Hormati Hak-hak Perempuan, Ratu Kecantikan Ceko pun Masuk Islam
Di sisi lain, hijrahnya seseorang tentu tak terlepas dari doa yang dilantunkan dari orang-orang sekitarnya. Hakikatnya, sekuat apapun dakwah yang dilakukan untuk mengubah seseorang ia tak mampu memaksa orang untuk berpindah mengikuti kehendaknya. Sebab sang pembolak-balik hati hanyalah Allah SWT. Dalam kisah Umar bin Khattab, doa menjadi salah satu perantara hidayah bagi Umar. Inilah doa yang pernah dilantunkan oleh Rasulullah SAW,
“Ya Allah muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua Umar, Umar bin Khattab atau Amru bin Hisyam.” ( HR. Tirmizi)
Sungguh doa memiliki pengaruh luar biasa. Tak sedikit orang yang berhijrah disebabkan oleh doa-doa orang-orang di sekelilingnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Doa seorang muslim untuk saudaranya (muslim lain) yang tidak berada di hadapannya akan dikabulkan oleh Allah. Di atas kepala orang muslim yang berdoa tersebut terdapat seorang malaikat yang ditugasi menjaganya. Setiap kali seorang muslim itu mendoakan kebaikan bagi saudaranya, niscaya malaikat yang menjaganya berkata, aamiin (semoga Allah mengabulkan) dan bagimu hal serupa.” (HR. Muslim)
Namun tak hanya doa orang lain, sepatutnya kitapun senantiasa meminta kepada Allah untuk diteguhkan hati kita pada jalan yang benar. Sebagaimana apa yang pernah disampaikan oleh Nabi SAW ketika ditanya oleh Ummu Salamah,
“Wahai rasulullah kenapa engkau lebih sering berdoa dengan doa “Yaa Muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu)?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab, “Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah Akan berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.” (HR. Tirmidzi)
Semoga kebaikan selalu tercurah dalam setiap perkataan dan aktivitas kita. Dan latihlah diri kita untuk peka dan peduli pada sesama muslim. Karena sesungguhnya Allah akan menolong hambaNya selama hamba tersebut mau menolongnya.
“Sesungguhnya Allah akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong saudaranya.” (HR. Muslim). Wallahu’alam.[]
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.