PERANG ekonomi antara Turki-Amerika Serikat (AS) kian memanas. Mata uang Turki, Lira terus merosot akibat pembatasan impor produk alumunium dan besi Turki oleh AS. Turki juga melakukan perlawanan dengan ‘aksi boikot’ terhadap semua produk AS. Namun tahukah Anda perang ekonomi kedua negara ini dimulai gara-gara seorang pastor AS bernama Andrew Brunson?
Brunson, 50, adalah seorang misionaris yang berasal dari North Carolina, AS. Dia pindah ke Turki di pertengahan dekade 1990-an dan menetep di kota tua Izmir, Turki bersama istrinya, Norine, dan tiga orang anaknya.
Telah bertugas sebagai misionaris selama 23 tahun, Brunson memiliki jemaah sekitar 25 orang di gerejanya. Tidak banyak tetapi mereka adalah jemaah rutin. Di sela-sela kegiatan rohani, Pastor Brunson mengajari anak-anak setempat menyelam, mengadakan pemutaran film, dan piknik.
BACA JUGA: Turki: Sanksi AS Picu Perang Ekonomi Global
Menurut saudara perempuan Brunson, Beth Herman, kehidupan keluarga Brunson di Turki ibarat tipikal keluarga AS. “Piknik, barbeque, menonton dan bermain bersama…tipikal keluarga AS, walaupun mereka hidup nun jauh di sana,” kata dia.
“Hidup di Turki sebagai kelompok minoritas membuat mereka semakin dekat,” lanjutnya.
Pada Oktober 2016, Brunson telah ditangkap oleh pemerintah Turki karena dituduh sebagai mata-mata dan terlibat organisasi teroris. Brunson didakwa terlibat kelompok pergerakan Gullen yang berusaha menggulingkan pemerintahan Erdogan lewat kudeta, tetapi gagal.
Brunson menghadapi vonis penjara 35 tahun. Fetullah Gullen adalah tokoh yang dituduh merencanakan kudeta, saat ini berada di AS dan AS menolak mengekstradisinya.
Wakil Presiden AS Mike Pence mendesak Turki segera membebaskan Brunson atau Turki akan merasakan akibatnya. Turki menolak. Imbasnya AS memberlakukan hambatan impor untuk produk besi dan aluminium Turki yang menyebabkan nilai tukar lira merosot pada awal Agustus ini.
Organisasi Kristiani di AS membantah bahwa Brunson adalah seorang mata-mata dan meminta Gedung Putih mendesak Turki untuk membebaskan dirinya. American Center for Law and Justice melobi Gedung Putih dan meluncurkan petisi yang ditandatangani 600.000 orang.
BACA JUGA: Perang Dagang Turki-AS Bikin Saham AS Tertekan
Presiden AS Donald Trump dalam akun Twitternya April lalu mengatakan bahwa “Pastor Andrew Brunson adalah seorang lelaki sejati dan pemimpin Nasrani di AS. Dia disidang dan dipersekusi di Turki tanpa alasan yang jelas. Dia dituduh sebagai mata-mata, tetapi saya lebih mirip dengan mata-mata dibanding dia. Semoga dia segera diperbolehkan pulang ke keluarganya.”
Bulan lalu, Brunson dipindahkan menjadi tahanan rumah karena kesehatannya memburuk.
“Murid Yesus menderita atas nama-Nya, sekarang adalah giliran saya. Saya tidak bersalah atas semua dakwaan. Saya di sini menjalani penderitaan atas nama Yesus,” kata Brunson di pengadilan.
Kini, Brunson berada di tengah-tengah pusaran krisis ekonomi yang berdampak kepada 80 juta rakyat Turki dan menyebabkan ketegangan diplomatis dengan AS. Mata uang lira Turki merosot tak terkendali dan Presiden Recep Tayyip Erdogan menuduh AS sebagai dalang kekacauan ekonomi tersebut. AS menggandakan tarif impor untuk produk besi dan aluminium Turki. Hal ini membuat lira terdepresiasi tajam. Dalam bulan ini saja, lira terdepresiasi sekitar 25 persen. []
SUMBER: BERITASATU | GUARDIAN