SELAMA ini sering banget saya membaca tentang berbagai kebaikan ‘kecil’ yang dilakukan orang ‘kecil’ dengan cara yang sederhana tapi mengagumkan. Misalnya, seorang pedagang bubur yang menggratiskan dagangannya setiap hari jum’at, tukang ojeg yang mau saja dibayar seikhlasnya, bengkel yang ngasih layanan gratis buat hafidz, ibu-ibu yang menyediakan nasi bungkus buat musafir yang lewat depan rumannya, pembeli yang ngasih uang lebih buat bayar belanjaannya ke pedagang kecil, dan lainnya.
Kisah-kisah ‘amazing’ itu rasanya cuma ada di negeri dongeng. Tapi, hari ini saya mengalaminya sendiri. Asli. Orang biasa bak malaikat itu benar-benar ada dan nyata lho.
Tadi pagi, akibat kelaparan parah, setelah menyimpan ‘peralatan perang’ di kantor, saya kembali ke jalan menuju sebuah angkringan kupat tahu.
Waktu itu, sudah ada dua orang pembeli yang sedang duduk di bangku. Saya pesan seporsi soto lalu menyantapnya dengan lahap. Di sebelah saya seorang lelaki muda yang sudah menyelesaikan sarapannya asik memainkan gadget dan sama sekali tidak pergi. Padahal, setahu saya ketika datang tadi, dia memang sudah selesai makan. Dari seragam yang dikenakannya saya mengenali orang ity sebagai salah seorang karyawan di perkantoran sekitar tempat saya kerja.
Tak lama orang itu pun pergi. Kemudian, si bapak yang seorang lagi pun pergi. Saat membayar, dia terlihat sedikit berdebat dengan ibu penjual soto/kupat/bubur itu. Saya dengar ibu itu menyebut-nyebut si lelaki orang kantoran tadi yang disebutnya ‘Aa-Aa’ itu.
Saya pikir, Aa tadi tidak bayar dan malah melimpahkan bonnya pada si Bapak. Asli saya sempat berpikir begitu. Astaghfirullah…..ketika giliran saya membayar saya baru tahu dan malu. Ketika menyodorkan uang ibu penjual itu menolak, katanya jajanan saya sudah dibayar oleh si ‘Aa’.
“Aa siapa?” tanya saya. Da seingat saya mah ‘Aa’ saya mah aa di hati saya, eh, ada di kota nun jauh di sana.
Ibu penjual pun menjelaskan kepada saya yang dia pikir mungkin bisa kege’eran karena ditraktir seorang pria muda keren tak dikenal.
“Si Aa-Aa tadi yang bayar. Si bapak tadi juga dibayarin sama si Aa-nya. Dia mah kalau jajan disini memang suka ngebayarin yang lain. Siapaun yang makan disini dibayarin.”
“Lho?” saking speechless-nya cuma satu suku kata itu yang bisa saya ucapkan.
“Dia tadi bilang, jangan bilang-bilang ke orangnya. Bilangnya nanti aja. Gitu katanya.”
Masya Allah. Saat itu saya cuma bisa ‘ngahuleng’. Ternyata masih ada orang baik di dunia yang saat memberi dengan tangan kanannya, tangan kirinya tak dibiarkan mengetahuinya.
Terkadang seseorang bersedekah dan diketahui orang lain. Terkadang ada juga menyembunyikannya supaya tidak diketahui orang lain.
Saya rasa yang dilakukan ‘Aa’ tadi itu cara yang cerdas dalam beramal.
Via postingan ini saya ucapkan terima kasih padanya. Jazakallah khoir.
Kalau nanti mau jajan lagi di angkringan kupat tahu itu, saya teropongin dulu deh ya, siapa tahu ada si Aa itu lagi dan … berharap ditraktir lagi. Eh … []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.Â