SUATU hari Abdullah ibn Mas’ud melihat dua lelaki yang kelihatannya berasal dari golongan terhormat. Mereka berdua berjalan menuju ke arahnya. Keduanya terlihat lesu dan kelelahan. Bibir mereka terlihat kering karena menahan haus yang mencekik tenggorokan.
Setelah dekat dengannya, kedua lelaki itu memberi salam lalu berkata, “Wahai anak muda, tolonglah perahkan susu dari salah satu kambingmu untuk menghilangkan dahaga dan membasahi urat-urat tubuh kami.”
BACA JUGA: Kisah Hidup Abdullah bin Mubarak
Abdullah ibn Mas’ud menjawab, “Aku tidak bisa melakukannya sebab kambing-kambing ini bukan milikku. Aku diberi amanah oleh pemiliknya untuk memelihara mereka.”
Kedua lelaki itu ternyata tidak gusar oleh penolakan Abdullah ibn Mas’ud, bahkan mereka tampak kagum dan gembira. Kemudian salah seorang dari mereka berkata, “tunjukkan padaku kambing yang belum dikawinkan dengan pejantan.”
Setelah kambingnya ditunjukkan, lelaki itu lalu menambatkannya dan mengusap-usap puting susunya sambil membaca doa dengan nama Allah. Si gembala muda memandangnya dengan heran. Ia berkata dalam hati, “Mana mungkin kambing betina yang masih muda dan belum pernah dikawinkan bisa menghasilkan susu?”
Keajaiban pun datang, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Ta’ala. Semua bisa terjadi atas kehendaknya. Begitupun dengan yang dilihat oleh Abdullah ibn Mas’ud, sang pengembala kambing itu. Yang awalnya ia merasa bahwa kambing betina yang belum pernah kawin itu tidak mungkin menghasilkan susu, namun rupanya dia salah duga. Dilihatnya puting susu kambing itu membengkak dengan cepat, bahkan sebentar kemudian air susunya memancar deras. Lelaki yang satu lagi mencari batu yang cekung di bagian tengahnya untuk menampung susu perahannya, lalu meminumnya bergantian dengan kawannya.
Abdullah ibn Mas’ud juga mendapat bagian. Gembala muda ini belum bisa percaya dengan peristiwa yang dialaminya. Setelah mereka bertiga minum sampai puas, lelaki yang pertama kembali mengusap-ngusap puting susu si kambing, dan pelan-pelan puting tersebut menguncup kembali seperti semula.
Abdullah ibn Mas’ud segera berkata, “Tolong ajari aku mantera yang Anda ucapkan tadi.”
Lelaki itu menjawab, “Engkau adalah anak yang terdidik.”
Itulah awal interaksi Abdullah ibn Mas’ud dengan Islam. Lelaki yang penuh berkah tersebut tidak lain adalah Rasulullah, dan orang yang menyertainya adalah Abu Bakar ash-Shiddiq. Pada siang yang terik itu mereka sedang dalam perjalanan keluar kota Mekah demi menghindari gangguan-gangguan kafirin Quraisy.
Sebagaimana Abdullah ibn Mas’ud terpikat dan jatuh hati kepada kemuliaan Rasulullah dan sahabatnya, kedua lelaki mulia tersebut juga kagum akan kejujuran dan keteguhan remaja belia itu dalam menjaga amanah yang dipercayakan kepadanya.
BACA JUGA: Gigihnya Abdullah bin Abbas Mencari Ilmu
Rasulullah dan sahabatnya melihat tanda-tanda kebajikan pada dirinya dan mengharapkan keikutsertaannya dalam barisan Islam suatu hari nanti. Tak lama setelah itu memang Abdullah ibn Mas’ud memeluk Islam. Dia juga menawarkan diri untuk menemani dan melayani Rasulullah. Beliau akhirnya menjadikannya sebagai pembantunya nanti.
Nasib baik telah berpihak kepada Abdullah ibn Mas’ud. Dari seorang penggembala kambing biasa dia bisa menjadi pelayan pribadi Rasulullah, pemimpin seluruh umat. []
Sumber: Sosok Para Sahabat nabi/ Dr. Abdurrahman Raf’at al-Basya/ Qisthi Press/ 2015