Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Mas’ud. Ia lahir dari keluarga miskin yang berdomisili di Kota Mekkah. Sejak kecil ia sudah terbiasa menggembalakan kambing-kambing milik salah seorang tokoh Quraisy, Uqbah bin Abi Mu’aith. Kehidupannya yang sulit membuat tubuhnya begitu kecil dan kurus. Tetapi dibalik hal itu, Allah ï·» menyisipkan akhir yang indah dalam hidupnya.
Ketika Ibnu Mas’ud sedang menggembalakan kambing milik Uqbah bin Mu’aith, ia tak sengaja berjumpa dengan Rasulullah ï·º dan Abu Bakar. Mereka bertanya dan meminta kepada Ibnu Mas’ud agar diberikan susu untuk di minum. Tetapi ia menolak, karena yang sedang ia gembalakan adalah kambing milik orang lain.
Kemudian Rasulullah ï·º bertanya kepadanya, “Apakah kamu mempunyai kambing betina mandul yang belum dikawini oleh kambing jantan?”.
BACA JUGA:Â Awas Jangan Tertipu, Orang Banyak Bicara Belum Tentu Banyak Ilmunya
Ia menjawab, “Ada.”
Lalu ia membawakan kambing itu ke hadapan Rasulullah ï·º dan Abu Bakar. Rasulullah ï·º memohon kepada Allah agar kambing itu dapat mengeluarkan banyak susu, tak berselang lama kambing betina itu mengeluarkan begitu banyak susu.
Peristiwa ini tentu membuat Ibnu Mas’ud yang masih remaja begitu terheran-heran. Pada saat itu ia belum menyadari bahwa itu adalah mukjizat Rasulullah ï·º. Tak lama setelah peristiwa itu, ia mendatangi Rasulullah ï·º dan meminta diajarkan kata-kata itu.
Rasulullah ï·º menjawab, “Engkau akan menjadi seorang anak yang terpelajar!”
Perkataan Rasulullah ï·º benar, lembaran baru kehidupan Ibnu Mas’ud pun dimulai, seorang remaja lemah lagi miskin yang kelak akan ditempa oleh ajaran Islam sehingga menjadi orang hebat, from zero to Superhero. Benar-benar sebuah ‘Plot Twist’.
Hatinya jatuh cinta kepada Rasulullah ï·º yang membawanya kepada Islam. Mentalnya mulai tumbuh beriringan dengan imannya yang semakin kokoh. Ibnu Mas’ud yang selama ini tidak berani lewat di hadapan pemuka Quraisy kecuali dengan berjinjit dan menundukkan kepala, kelak di kemudian hari akan tampil dengan gagah berani membela Islam.
Ketika para pemuka Quraisy sedang berkumpul di sisi Ka’bah, Ibnu Mas’ud yang masih remaja berdiri lalu mengumandangkan ayat suci Al-Quran dengan merdunya. Para pemuka Quraisy terpesona sekaligus terkejut dengan tindakan Ibnu Mas’ud. Bagaimana tidak? Ia yang dulunya seorang miskin yang hina dina, kini berani menentang mereka dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Tentu saja para pemuka Quraisy tidak tinggal diam, mereka memukuli Ibnu Mas’ud hingga babak belur, tetapi semangat Ibnu Mas’ud tak pernah padam.
Dilihat dari segi harta, ia memang tak memiliki yang sebanyak Ustman atau Abdurrahman bin Auf. Namun demikian, Allah telah menganugerahkan kepadanya nikmat iman yang lebih mewah dari perbendaharaan Kisra dan simpanan Kaisar. Ia adalah satu-satunya sahabat yang telah menampung 70 surat Al-Qur’an dengan mendengarnya langsung dari Rasulullah ï·º. Ia juga memiliki kemampuan luar biasa dalam memahami arti dan maksud dari ayat-ayat tersebut sehingga bacaannya begitu disenangi Rasulullah.
Tak hanya itu, ia juga merupakan pribadi yang paling dekat dengan pribadi Rasulullah ï·º. Status kesayangan dan kepercayaan inilah yang memungkinkannya memperoleh hak yang tidak didapat oleh sahabat-sahabat lain, yaitu dapat masuk ke rumah Rasulullah ï·º kapan saja. Betapapun besarnya manfaat yang ia peroleh karena telah menjadi orang kepercayaan Rasulullah ï·º, ia tidak berubah kecuali semakin bertambah khusyu dalam beribadah.
Ibnu Mas’ud memiliki kebiasaan unik, yakni setiap kali ia akan menyampaikan sebuah hadist, tubuhnya akan gemetar dan bercucuran keringat. Hal ini dikarenakan ketelitian, penghormatan dan penghargaan Ibnu Mas’ud kepada Rasulullah ï·º.
Pada saat Perang Badar berkecamuk, ia sukses meninggalkan kenangan yang tak dapat dilupakan yakni robohnya Abu Jahal oleh tebasan pedang kaum muslimin.
Di masa Khalifah Utsman bin Affan, hubungannya dengan Utsman sedang mengalami percobaan. Saat itu diantara mereka berdua kadang kala memiliki perbedaan pendapat. Tetapi hal ini tak mendorongnya untuk melakukan pemberontakan, ia teguh pada pendiriannya yang terpuji dan mulia.
BACA JUGA:Â Sedekah Utsman bin Affan untuk Penduduk Madinah
Bahkan ketika ia mendengar kabar mengenai percobaan pembunuhan terhadap Khalifah Utsman, ia berkata, “Sekiranya mereka membunuhnya, maka tak ada lagi orang yang sebanding dengannya yang akan mereka angkat sebagai Khalifah”. Ucapannya ini menunjukkan pembelaannya terhadap Utsman.
Ibnu Mas’ud memiliki satu cita-cita yang begitu mulia selagi hidup. Ia ingin jasadnya dimakamkan dan didoakan oleh Rasulullah dan para sahabat-sahabat besarnya. Ibnu Mas’ud meninggal tahun 650 Masehi di Kota Madinah pada usia yang sudah menua. Ia adalah salah satu sahabat yang dianugerahkan umur panjang oleh Allah.
Kisahnya membuktikan, bahwa janji dan rahasia Allah itu nyata. Apapun bentuk cobaannya, pasti ada hikmah dibalik itu semua.
Referensi:
1. Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Syaikh (1997). Sirah Nabawiyah
2. Pramono, M.Pd.I., Teguh (2015). 100 Muslim Paling Berpengaruh dan Terhebat Sepanjang Sejarah
3. Wikipedia
SUMBER: GENSALADIN