Abdullah ibn Umar bin Al-Khattab, putra Umar ibn al-Khattab, senang menyampaikan salam (salam) kepada orang-orang.
Dia menyaksikan bagaimana Nabi mengatakan salam kepada semua orang, muda dan tua, kaya atau miskin. Nabi bahkan berucap salam pada anak-anak yang sedang bermain di jalanan.
Abdullah sangat mencintai Nabi, dan sangat ingin melakukan apa yang dilakukan oleh Nabi. Jadi Abdullah juga menyampaikan salamnya kepada semua orang yang dia temui.
BACA JUGA: Hukum Menjawab Salam dari Non Muslim
Suatu hari, Abdullah mulai pergi ke pasar-pasar, di mana orang Muslim lainnya menjual beli barang. Tapi meski Abdullah ibn Al-Khattab pergi setiap hari, dia tidak membeli apapun. Apa yang dia lakukan, pergi ke pasar setiap hari?
Abdullah menyampaikan salamnya! Dia menyapa penjaga toko, dan orang-orang di jalan. Dia menyapa orang-orang yang duduk, dan orang-orang berdiri. Ia menyapa setiap orang yang ditemuinya.
Seseorang melihat apa yang dilakukan oleh Abdullah, dan bertanya mengapa dia pergi ke pasar setiap hari, tapi tidak membeli apapun, “Anda datang setiap hari ke pasar, tapi Anda tidak pernah membeli, menjual, atau menawar apa pun. Anda tidak berkeliaran dan di sekitar toko-toko, atau ngobrol santai dengan pemilik toko. Sebaliknya, Anda selalu melewati pasar dan pergi lagi, tanpa berhenti. Mengapa Anda melakukan ini?”
“Saya datang ke pasar untuk mengucapkan salam kepada orang-orang!” jawab Abdullah, “Bukan untuk belanja.”
BACA JUGA: Salam untuk Rasul Kekasih Hati
“Hendaklah orang yang berkendaraan memberi salam pada orang yang berjalan. Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang banyak.” (HR. Bukhari no. 6233 dan Muslim no 2160).
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS An-Nisaa 86). []